Intisari-Online.com - Pada akhir 2002, Leonard Theosubrata ditantang oleh ayahnya, Yos Soetanto Theosubrata, bahwa produk desain mereka harus bisa masuk Red Dot Design Award 2003.
Produk yang dimaksud adalah Accupunto, yang saat itu juga sedang diikutkan pada sebuah pameran di Jerman. “Saat pameran itu saya melihat booth Red Dot Award, langsung saja saya daftar dan kirim produknya ke Essen (kantor pusat The Design Zentrum Nordrhein Westfalen, penyelenggara Red Dot Design Award),” cerita Leo. Tidak lama kemudian, datang surat dari Essen dan ternyata Accupunto berhasil masuk nominasi. “Luar biasa perasaannya,” katanya haru.
Konsep Accupunto sebenarnya sederhana saja. Kursi berdesain unik yang terinspirasi prinsip akupunctur ini sejatinya hanya menyederhanakan bentuk dan menekankan fungsi. “Form, follow, function,” Leonard menjelaskan. “Kita juga senantiasa memperhatikan kualitas produk, padahal saat itu industri furniture masih asing buat kita,” kata Leonard. Tapi karena keinginan yang kuat dan waktu yang dihabiskan untuk penelitian dan pengembangan, akhirnya kemenangan bisa didapatkan.
Dasar keluarga desainer sejati, sang ayah mengulang kesukesan keluarga Theosubrata dengan memenangkan Red Dot Design Award pada tahun ini untuk produk Airgonic, matras udara yang bisa disetel sehingga sesuai dengan bentuk tubuh dan posisi ternyaman saat tidur.
Leonard membagi kiat untuk bisa memenangkan Red Dot Design Award. Yang utama adalah mendahulukan kualitas, “Itu tidak bisa ditawar,” tegas Leonard. Selain itu, produk tersebut harus punya nilai inovasi dan orisinalitas. “Untuk hal lain memang lebih subjektif, tidak ada ketentuan khusus,” terangnya. Produk tersebut harus sudah beredar secara komersial di pasaran. “Kalau sudah siap, tinggal daftar, bayar, kirim produk ke Jerman, dan tunggu ... sesederhanal itu,” jelas Leonard.
Bagi yang baru punya konsep desain dan belum menjadi produk nyata, jangan khawatir. Sejak 2005, Red Dot juga melombakan konsep-konsep desain untuk dipilih konsep desain terbaik. Dengan demikian, sudah tidak ada alasan lagi pada desainer Indonesia tidak turut memeras ide dan berinovasi, ikut bertarung dalam perlombaan desain bertaraf internasional ini.