Intisari-Online.com - Kamus, buku yang berisi arti dari ribuan bahkan jutaan kata ini sudah ada sejak masa Yunani Hellenistik (323 - 31 SM). Kamus Yunani dan Romawi kuno biasanya cuma berisi kata-kata yang jarang, sulit, dan khusus. Masyarakat Cina pun punya kamus yang sangat lengkap, Shuo Wen, sejak 150 SM. Sedangkan ilmu leksikografi kaum Muslim yang sangat maju diuraikan sangat rinci dalam Fiah al-lugha sejak abad X.
Kata kamus, bila dilihat dari bahasa Inggrisnya -dictionary berasal dari bahasa Latin dictionarum yang berakar kata dictio, artinya kata atau ucapan. Ahli tata bahasa Inggris, John of Garland, membuat daftar klasifikasi kata-kata pada awal abad XIII dan menyebutnya dictionarius. Inilah kali pertama kata itu dipakai.
Di abad pertengahan, kaum terpelajar membuat kamus yang memadankan kata-kata sulit dalam bahasa Latin dengan yang mudah -tetap dalam bahasa Latin. Di akhir abad ini, saat peran bahasa Latin makin berkurang terhadap bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan bahasa nasional di kawasan Eropa, mereka membuat glosarium untuk memahami naskah-naskah berbahasa Latin.
Glosarium itu mengartikan kata dari bahasa Latin yang sulit ke bahasa nasional. Bahasa nasional mulai banyak dipakai sehingga masyarakat pun perlu kamus berisi padanan kata dari yang sulit dengan yang mudah. Maka mulailah dibuat kamus-kamus bahasa nasional. Di antaranya dilakukan Robert Cawdrey, seorang kepala sekolah, yang membuat kamus bahasa Inggris pertama yang disebut The Table Alphabetical of Hard Words. Kamus keluaran tahun 1604 itu menjelaskan 3.000 kata bahasa Inggris yang diserap dari bahasa lain. Setelah itu muncul sejumlah kamus yang lebih padat. Tahun 1721, Nathan Bailey menerbitkan kamus berisi 60.000 kata. Inilah kamus pertama berisi hampir semua kata, bukan hanya kata-kata sulit, dalam bahasa Inggris.
Tahun 1700-an, Jonathan Swift, Paus Alexander, Joseph Addison, Samuel Johnson, dan sejumlah sastrawan Inggris membuat kamus untuk standar pemakaian bahasa Inggris yang benar. Di saat yang sama kaum terpelajar Prancis dan Italia telah menerbitkan kamus bahasa mereka. Keberhasilan inilah yang mendorong intelektual Inggris untuk cepat menyelesaikannya.
Pekerjaan itu usai tahun 1755, sebagian besar diselesaikan oleh Samuel Johnson, lalu diberi judul A Dictionary of the English Language. Dengan munculnya Critical and Pronouncing Dictionary and Expositor of the English Language (1791), tersedialah informasi standar bahasa Inggris yang berlaku sampai pertengahan 1800-an.
Tokoh kamus berikutnya, Noah Webster. Langkah awalnya dimulai pada 1806 dengan menerbitkan kamus kecil di AS. la ingin membuat standar berbahasa Inggris Amerika untuk menyamai prestasi penyusunan standar Inggris yang dibuat oleh Johnson dan Walker. Tahun 1828, ia menerbitkan kamus berisi 70.000 entri. Kamusnya yang direvisi setiap tahun itu pun banyak digunakan di seluruh dunia.
Konon, sejak abad XVII sudah ada kamus Melayu untuk orang asing yang datang ke Indonesia. Meski ada juga kamus bahasa daerah seperti Sunda-Inggris karya Jonathan Rigg yang terbit pada 1862. Di tahun 1952, dengan keterbatasan fasilitas Poerwadarminta berhasil menerbitkan Kamus Umum Bahasa Indonesia. Mengingat pertumbuhan kosa kata bahasa Indonesia demikian hebat, dalam beberapa dasawarsa kemudian makin terasa keperluan akan kamus baru. Tahun 1988 diterbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selain tersedianya kamus, masyarakat pun perlu dibiasakan untuk "berkonsultasi" dengan kamus. Kamus bukanlah sekadar kumpulan kata kata, melainkan sumber informasi tentang arti kata-kata itu sendiri. (Intisari)