Alergi Langka: Alergi Air

Jeffrey Satria

Editor

Alergi Langka: Alergi Air
Alergi Langka: Alergi Air

Intisari-Online.com - Gadis ayu itu baru 19 tahun usianya. Ashleigh Morris, begitu ia disapa. Secara kasat mata Ashleigh terlihat seperti remaja putri pada umumnya. Namun bagi yang belum tahu, jangan sekali-kali menyiram Ashleigh dengan air! Bisa-bisa tubuh Ashleigh langsung gatal-gatal dan memerah. Apa gerangan? Rupa-rupanya Ashleigh memiliki sebuah alergi langka. Alergi terhadap air.

Lahir di Melbourne, Australia, gejala terhadap air mulai dialami Ashleigh pada usia 14 tahun. Artinya 5 tahun sudah Ashleigh menjalani hidup bersama alergi yang disebut Aquagenic Urticaria itu. Jangan kira ini alergi biasa. Setiap kali tubuh Ashleigh terkena air, ia akan mengalami gatal-gatal dan perih yang tak terkira. Gatal dan perih itu baru akan hilang setelah dua jam lamanya!

Mandi tetap menjadi kegiatan yang Ashleigh lakukan secara rutin. Namun kegiatan itu juga menjadi cobaan yang berat bagi Ashleigh. Menurut keluarga, Ashleigh hanya bisa mandi selama beberapa menit saja. “Orang-orang lain sukar mempercayainya. Mereka kerap berkata, ‘Wah, bagaimana caranya engkau mandi?’ tutur Ashleigh.

Selain rasa gatal yang menyakitkan, tekanan psikologis akibat Aquagenic Urticaria juga mulai muncul. Ashleigh kerap merasa, bercak merah yang timbul setelah mandi membuatnya terasa kotor. Ia pun merasa seperti orang-orang yang mengidap penyakit kulit. “Walaupun bercak merah ini tak terlihat, tapi aku kerap merasa seperti seorang penyakitan. Rasa ini lebih buruk daripada yang terlihat,” tambah Ashleigh.

Agar tak mengundang banyak tanya, Ashleigh lebih sering berdiam dulu di rumah selama dua jam setelah mandi. Ia melakukan hal itu karena capai harus menjelaskan mengenai alerginya kepada setiap orang yang bertanya. Belum lagi banyak orang justru bersikap skeptis dan tak percaya dengan penjelasan Ashleigh.

Aquagenic Urticaria muncul secara tiba-tiba ketika Ashleigh terkena tonsillitis akut. Oleh dokter, ia diberi penisilin dalam dosis besar. Siapa mengira setelah tonsillitis sembuh, Ashleigh justru memiliki alergi terhadap air. Dermatologis yang menangani kasus Ashleigh, Profesor Rodney Sinclair mengatakan bahwa penisilin telah mengubah tingkat histamin dalam tubuh Ashleigh dan menyebabkan Aquagenic Urticaria.

Ironisnya, hingga kini belum ada pengobatan dan terapi yang sukses menyembuhkan Ashleigh. “Awalnya aku tak percaya. Aku menangis selama beberapa jam, lalu bangkit dan menyadari bahwa aku harus melanjutkan hidup dengan kondisi ini,” ujar Ashleigh.

Kini Ashleigh menghindari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan air. Ia berhenti melakukan olahraga agar tidak berkeringat. Ia juga harus tinggal di ruangan berpendingin udara dan selalu membawa payung di mobil. Beruntung bagi Ashleigh, keluarga dan pacarnya, Adam sangat-sangat mendukung dalam menjalani hidup.

Hingga kini para dermatologis percaya, ada hubungan antara kenaikan tingkat histamin pada darah. Namun mereka kembali menguji ulang hipotesis tersebut, sebab obat antihistamin terbukti tak menjadi solusi bagi pemilik alergi Aquagenic Urticaria. Nina Goad dari British Association of Dermatologist mengatakan, “Tak ada data yang cukup mengenai Aquagenic Urticaria, sebab alergi ini sangat langka terjadi.” (Dailymail.co.uk)