Intisari-Online.com - Transportasi kota yang manusiawi merupakan salah satu prasyarat kota yang ramah warga. Untuk mewujudkannya, harus memperhatikan tiga hal utama: pekerja (pengemudi), penumpang, dan moda transportasi alternatif (seperti sepeda, becak, dan sebagainya).
Bagi pekerja transportasi, moda transportasi yang dijalankan harus mampu memberikan kesejahteraan yang layak. Artinya, bekerja dalam kisaran waktu tertentu harus diiringi dengan pendapatan yang seimbang. Dari sisi penumpang, sistem transportasi yang dibanguan harus memperhatikan beberapa aspek: keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kemudahan akses.
Sistem transportasi kota yang manusiawi juga memberi ruang bagi moda transportasi alternatif seperti sepeda, becak, dokar, dan sejenisnya. Agar tidak terpinggirkan moda transportasi alternatif ini harus diakomodasi di dalam sistem transportasi nasional. Dengan begitu, warga bisa menikmati keindahan kota cukup dengan berjalan kaki atau bersepeda.
Namun, menurut Darmaningtyas, Direktur Institut Studi Transportasi (Instran), semua tergantung pada kemauan politik pengambil kebijakan. Di negara-negara maju, hierarki pemakai jalan yang tertinggi dimulai dari pejalan kaki. Selanjutnya adalah sepeda, kendaraan tidak bermotor lainnya, angkutan umum, hingga yang terakhir mobil pribadi. Semuanya itu, kecuali mobil pribadi, adalah moda transportasi yang ramah lingkungan, manusiawi, dan efisien.
Sistem transportasi yang ramah lingkungan dapat diwujudkan dengan membangun transportasi publik bebas timbal dan menarik subsidi BBM yang selama ini diberikan kepada masyarakat. Jika sistem transportasi publik sudah terwujud, masyarakat akan berpindah moda dari kendaraan pribadi kepada kendaraan umum. Ini akan berdampak pada pengurangan polusi. Namun untuk mewujudkan transportasi publik tersebut diperlukan kemauan yang kuat dari pemerintah.