Momok Pekerja Malam

J.B. Satrio Nugroho

Editor

Momok Pekerja Malam
Momok Pekerja Malam

Intisari-Online.com - Galibnya, orang bekerja di siang hari dan istirahat di malam hari. Namun, tuntutan industri modern membuat pekerjaan tak lagi mengenal waktu. Berubahnya siklus membuat perubahan pada kehidupan manusia. Mereka yang harus bekerja malam hari harus menyiapkan diri menghadapi ancaman perubahan itu.

Inilah lima ancaman yang mengintai para pekerja shift, seperti dikutip dari Best Health.

  1. Pola tidur berantakan.Sepuluh persen dari pekerja shift mengalami masalah tidur, termasuk insomnia, hipersomnia, dan sulit untuk tetap terjaga di jam kerja. Cara mengatasinya adalah dengan menggantikan waktu tidur malam Anda dengan tidur di siang hari - tidak peduli waktu Anda bersama keluarga menjadi kurang.

  2. Berat badan meningkat.Menurut penelitian, bekerja di malam hari akan meningkatkan konsumsi makanan berkalori tinggi. Berat badan yang berlebih memicu masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker.

    Cara mengatasinya adalah dengan membawa makanan dari rumah dan menghindari jajan. Gabungan kafein dengan karbohidrat dapat berdampak buruk karena menaikkan kadar insulin dan menyebabkan berat badan meningkat.

  3. Risiko keselamatan kerja.Risiko kecelakaan kerja bagi pekerja malam 50% lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja pagi. Cara mengatasinya adalah dengan menyediakan rekan kerja ketika Anda melakukan pekerjaan berisiko. Ketika lelah, istirahat dulu.

  4. Masalah kehamilan meningkat.Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pekerja malam berisiko keguguran 85 persen lebih tinggi daripada pekerja pagi. Selain itu, riset sebelumnya memperlihatkan hubungan antara bekerja malam dan risiko kelahiran dini dan bayi dengan berat badan di bawah normal. Cara mengatasinya adalah dengan cukup tidur ketika Anda sedang hamil. Periksakan ke dokter jika mengalami masalah tidur.

  5. Risiko kanker meningkat.Menurut penelitian, pekerja malam berisiko lebih tinggi mengidap kanker payudara, usus besar, dan endometrium. Menurut peneliti, hal itu terkait dengan tingkat melatonin dalam tubuh. Cara mengatasinya adalah dengan konsultasi ke dokter, apakah mungkin mengonsumsi suplemen melatonin.