Intisari-Online.com - Mereka yang lahir pada tahun 1970-an atau sebelumnya pasti ingat dengan Perang Malvinas dan peluru kendali (rudal) Exocet. Bahkan kata Malvinas masuk ke ranah keseharian kita dan diplesetkan menjadi "malu-malu tapi ganas". Agak memaksa memang, tapi cukup mengena. Begitu juga dengan rudal Exocet, menjadi istilah baru untuk menggambarkan kecepatan dan kehebatan sebuah serangan misalnya.
Kepulauan Malvinas (begitu Argentina menyebutnya, sedang Inggris menamakannya Kepulauan Falkland) adalah sebuah gugusan pulau di Samudera Atlantik Selatan. Dari segi jarak memang lebih dekat dari Argentina tinimbang dari Inggris Raya. Sepanjang sejarah penjelajahan dunia, kepulauan yang terdiri atas dua pulau besar ini memang berganti-ganti pemilik dan klaim. Negara penjelajah seperti Belanda, Spanyol, dan Inggris mengaku yang pertama menginjakkan kaki di Kepulauan Falkland.
Sampai akhirnya kemudian Spanyol dan Inggris berbagi penguasaan dengan masing-masing mendirikan pangkalan angkatan laut. Spanyol menguasai Falkland Timur dan Inggris Raya menguasai Falkland Barat. Hingga abad ke-19 persoalan Falkland belum terpecahkan seratus persen. Upaya Argentina merebut Falkland sudah bermula sejak 1820 ketika merek mendirikan koloni hukum dan tahun 1829 melantik Luis Vernet sebagai Gubernus. Tahun 1833 Inggris merebutnya, namun Argentina tak mau melepas klaimnya.
Tahun 1982, Argentina kembali ingin merebut Falkland dengan sejumlah alasan seperti kedekatan letak dan apa yang disebutnya sebagai warisan kedaulatan dari Spanyol. Meski ada pendapat lain bahwa invasi itu merupakan pengalihan isu karena melemahnya junta militer Jenderal Leopoldo Galtieri.
Argentina membuka konflik tanggal 19 Maret 1982 dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera Argentina. Esok harinya, kapal HMS Endurance milik Inggris dikirim dari Stanley, Falkland Timur, untuk mengusir kapal-kapal rongsokan dengan membawa setengah pengawal Kep. Falkland. Ternyata tentara Inggris kalah jumlah sehingga berakibat jatuhnya Stanley. Invasi besar-besaran yang dilakukan Argentina pada 2 April akhirnya bisa menguasai Falkland.
Namun, setelah Inggris mendatangkan armada besarnya pada 25 April dan logistik yang siap memasok untuk perang tiga bulan ke depan, perlahan namun pasti Argentina keteteran. Rudal Exocet yang jadi andalan lumpuh oleh sistem antirudal Inggris. Dari perang ini Inggris mengorbitkan pesawat Sea Harriers yang bisa mendarat layaknya helikopter.
Perang diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, setelah tiga minggu operasi amfibi Inggris dan operasi darat mereka di Pulau Falkland Timur. Meski Inggris menang, namun mereka kehilangan serdadu sebanyak 258 orang, 777 terluka, dan 59 tertangkap. Argentina lebih banyak lagi: 649 tewas, 1.068 terluka, dan 11.313 tertangkap. (pelbagai sumber)