Intisari-Online.com - Ada banyak alasan bagi sebuah pasangan suami istri (pasutri) untuk menggunakan kontrasepsi. Macam-macam kontrasepsi sendiri begitu beragam sehingga masing-masing pasangan memiliki alasan tersendiri juga mengapa ia memilih salah satu kontrasepsi. Dibedakan dalam hal alat bantu, kontrasepsi ada dua jenis: menggunakan alat bantu dan tidak. Alat bantu yang dikenakan seorang suami atau istri berguna untuk mencegah pertemuan sel spermatozoa dan sel telur. Wujudnya bisa berupa kondom untuk pria dan wanita, bisa pula berupa pil KB, suntik, susuk, spiral, atau IUD, untuk wanita.
(Baca juga: Meski Punya Banyak Varian, Kondom Jenis Ini Tetap paling Disukai)
Alat bantu tidak diperlukan bila pasangan suami-istri sepakat memilih kontrasepsi alami untuk menghindari kehamilan. Umpamanya, dengan cara pantang berkala (tidak melakukan hubungan seksual pada hari-hari istri memasuki masa subur), atau dengan cara senggama terputus (ejakulasi dilakukan di luar organ seksual istri). Pantang berkala sangat mudah dilakukan, hanya dengan menandai masa subur dan tidak subur yang dialami istri setiap bulannya. Cara menghitungnya adalah kurang tiga dan tambah tiga dari hari ke-14. Pada masa itu terjadi pelepasan sel telur. Jadi, sebelum hari ke-11 dan sesudah hari ke-17 merupakan masa tidak subur. Pada rentang waktu inilah hubungan seksual bisa dilakukan dengan leluasa tanpa khawatir terjadi kehamilan.
Namun hal itu berlaku bagi pasangan wanita yang mengalami siklus haid normal, yakni setiap 28 hari. Wanita yang memiliki siklus haid tidak teratur, perhitungannya sedikit berbeda. Walau kelihatan aman dan nyaris tanpa biaya, cara ini tak sepenuhnya manjur. Tetap ada kemungkinan salah hitung sehingga "kebobolan".
Vasektomi pun menggunakan
Dari beberapa kontrasepsi alat bantu tadi, kondom memiliki tingkat keamanan dan efek samping di atas rata-rata. Beberapa literatur menyebutkan efek samping dari kontrasepsi non-kondom seperti pil dan IUD. Misalnya saja, dari hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat diperoleh hasil bahwa kontrasepsi jenis pil bisa menghambat libido wanita. Namun, meski aman dan sedikit efek sampingannya, tantangan kontrasepsi kondom justru paling besar. Dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG, ginekolog yang banyak menangani masalah seksual suami-istri, tak menampik hal itu. Alasan tak nyaman mengemuka dari mulut para suami. Utamanya karena kulit penis tidak bersentuhan langsung dengan dinding vagina.
(Baca juga: 10 Fakta yang Harus Kita Ketahui tentang Kondom Wanita)
Industri kondom pun melakukan terobosan dengan mengeluarkan kondom berornamen, tak lagi polos. Ada kondom bergerigi, berulir, sampai yang beraroma. Menurut Boyke, hal-hal itu dapat menimbulkan rasa ingin tahu bagi pasangan yang belum pernah mencobanya. Setelah mencoba, mereka akan merasakan sensasi baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. "Kalau sudah menemukan nikmatnya, jangan heran kalau mereka selalu ingin mencobanya lagi," jelas Boyke (Intisari Healthy Sexual Life). Begitu kreatifnya industri kondom sampai ada produk kondom yang bisa menyala di tempat gelap atau ada musiknya. Soal ini Boyke berpendapat bahwa selama tidak menimbulkan alergi pada wanita, tidak masalah. "Sebagai variasi boleh-boleh saja. Apalagi jika pasangan menyukainya."
Selain berfungsi sebagai kontrasepsi, kondom ternyata dapat digunakan dalam terapi. Tentu saja namanya terapi kondom. Menurut Prof.dr. Arjatmo Tjokronegoro Ph.D.,Sp.And dalam bukunya Rahasia di Balik Keperkasaan Pria, terapi ini ditujukan bagi pasangan infertilitas karena antibodi antisperma, yang diduga menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan potensi membuahi sel telur (ovum) dalam tubuh perempuan.
Terapi kondom juga menjadi pilihan terbaik bagi pasangan yang belum mempunyai anak yang disebabkan karena, baik sistem imun humoral maupun selural telah terbentuk. Kalau mereka mau mamakai metode kontrasepsi, dari sudut imunologis matode yang terbaik adalah kondom. Metode ini selain benar "mencegah" terjadinya pembuahan, juga mencegah kontak antara antigen pihak laki dengan sistem imun perempuan.
Kondom dipakai terus-menerus saat berhubungan di mana saja, kapan saja selama lebih kurang 6 - 8 bulan. Dalam waktu yang lama itu diharapkan kadar antibodi telah menurun dan tidak lagi ada di daerah reproduksi wanita, sehingga sperma yang selama ini diaglutinasikan atau dimobilisasi oleh antibodi menjadi "bebas" dan mampu bergerak untuk bermigrasi sampai di saluran faloii dan bertemu dengan ovum tanpa halangan apa pun pada saat masa subur yang telah ditentukan.
Tak hanya itu. Kondom pun berfungsi dalam membantu kesuksesan vasektomi seseorang. Mereka yang memilih vasektomi sebagai kontrasepsi tak serta merta langsung bebas merdeka segera setelah "dipotong" saluran spermanya. Untuk memastikan kesuksesan vasektomi, selama 15 sampai 20 kali ejakulasi harus dibantu dengan menggunakan kondom.
(Baca juga: Kondom Seharga Rp300.000 Ini Diklaim Mampu Tingkatkan Kenikmatan Seksual)
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR