Intisari-Online.com – Feromon sebagai sex appeal sudah lama ditandai keberadaannya pada hewan. Belakangan para peneliti berusaha membuktikan, bau “mengundang” itu juga dipunyai manusia. Satu lagi “senjata andalan” buat yang ingin “dikejar-kejar” lawan jenis.
(Apakah Manusia Punya Feromon?)
Sejumlah peneliti dari Huddinge University Hospital, Swedia, pernah melakukan penelitian terhadap reaksi otak 12 pasangan yang disuguhi bebauan senyawa sintetik mirip feromon. Ajaib, bau-bauan tersebut langsung memancing reaksi hormon estrogen responden wanita dan hormon testosteron responden pria. Manifestasi reaksinya beragam, mulai naksir-naksiran hingga muncul birahi.
Pada perempuan, aroma tubuh yang khas akan keluar di masa subur, ketika sel telur keluar dan siap dibuahi oleh sel sperma. Sedangkan pada pria, aroma tubuh terbanyak diproduksi saat sperma mengalami puncak kesuburan, saat sperma benar-benar siap untuk membuahi.
Kabarnya, ada perbedaan menarik antara bau laki-laki dan bau wanita. Yakni feromon wanita dapat menyebar dari satu ruangan ke ruangan yang lain alias berdaya jangkau luas. Sedangkan feromon laki-laki membutuhkan kontak langsung agar terasa pengaruhnya.
(Jangan Lupa Nyalakan Lampu saat Berhubungan Seks Malam Ini Agar Semakin Bergairah)
Sebuah penelitian memang menyebutkan, pada laki-laki, feromon dipancarkan dalam bentuk bau alamiah tubuh. Bau itu mungkin tercium atau terserap oleh lawan jenisnya melalui kulit, misalnya selama kontak seksual. Hal ini dibuktikan pada 1986, ketika sejumlah ilmuwan di Monell Chemical Sciences Center dan University of Pennsylvania Medical School, Amerika Serikat menemukan, feromon ternyata memegang peran penting dalam seksualitas.
Lantas, bau apa yang feromon banget? Ternyata, bau ketiak. Ketiak menjadi kandidat utama, karena baunya berkembang sejalan dengan bertambahnya umur dan kematangan seseorang. Sebelum masa pubertas, keringat seseorang tidak berbau. Hal ini merupakan petunjuk biologis bahwa saat itu kita memang tidak membutuhkan sinyal untuk dilontarkan pada lawan jenis, sebelum betul-betul siap untuk dibuahi atau membuahi.
Tentu saja, ketika remaja atau dewasa, senyawa itu akan bercampur dengan keringat. Namun senyawa kimia itu akan memisahkan diri dari bau keringat pada saat tubuh kita berpeluh dan langsung aktif pada masa-masa subur, meskipun produksinya biasanya melimpah pada masa subur dan akan menurun drastis sewaktu tiba masa menopause.
Selain di ketiak, konon feromon juga ada di sekitar kuping, hidung, dan mulut. Namun seperti dibilang, soal feromon di tubuh manusia ini memang masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Tanda-tandanya ada tapi belum bisa diisolasi dari tubuh manusia. Jadi, semuanya berpulang kepada kita, mau mengandalkan bau badan, bau ketiak, bau telinga, dan sejenisnya. Atau mau melumuri seluruh tubuh dengan parfum yang baunya mirip feromon, sembari bermimpi dikejar-kejar wanita.