Intisari-Online.com – Mengalami disfungsi ereksi bukan berarti kiamat. Ada terapiLI-ESWT (Low-Intensity Extracorporeal Shockwave Therapy) yang bisa menjadi alternatif jitu untuk menyembuhkannya.
Berbagai upaya di bidang kedokteran telah dilakukan untuk membantu para penderita disfungsi ereksi (DE) agar mereka kembali “perkasa” di tempat tidur.Sekitar tahun 70-an selain minum obat, upaya terakhir dokter melakukan penanaman protesis di batang penis, namun penis akan tetap dalam posisi “hormat grak”, kecuali “diturunkan” dengan sebuah alat.Lalu sekitar tahun 80-an diupayakan dengan suntikan di batang penis, kemudian penggunaan vakum pada penis.Sedangkan sekitar tahun 98-an DE coba diatasi dengan minum obat perangsang seperti viagra, namun obat ini bekerja kalau sudah terangsang.
“Terapi terbaru dalam membantu penderita DE yang sudah dilakukan uji cobanya adalah LI-ESWT (Low-Intensity Extracorporeal Shockwave Therapy), yang relatif aman,” jelas Dr. dr. Nur Rasyid, SpU, urolog senior dari RS Asri dan FKUI RSCM.
Sebenarnya ESWT (gelombang kejut) bukan alat baru di dunia kedokteran. Sekitar tahun 80-an alat ini digunakan untuk penatalaksanaan batu ginjal, “menembak” batu ginjal dengan kekuatan gelombang kejut 900 bar. Lalu digunakan untuk ortopedi sekitar tahun 90-an dan kardiologi pada tahun 2000-an. Hanya saja di bidang kardiologi kurang populer karena tingkat kesembuhan dengan alat ini membutuhkan waktu lama.
Terapi LI-ESWT yang dilakukan pada penderita DE dengan penembakan gelombang kejut intensitas rendah, akan menimbulkan shear stress sehingga berdampak membentuk pembuluh darah baru. Akibatnya dapat menampung lebih banyak darah serta memperlancar sirkulasi darah ke penis. Ereksi pun mudah terjadi.
Penelitian penggunaan ESWT pada penderita DE dilakukan pada tahun 2010 dengan responden adalah pria yang merespon dengan baik obat-obatan oral (PDE 5i). Setelah obat dihentikan selama sebulan, lalu mulai digunakan penembakan ESWT pada penis (dilakukan di bagian puncak, tengah, dan pangkal) sebanyak 12 kali, selama 9 minggu. Proses ini terdiri dari 2 kali seminggu pada 3 minggu pertama, kemudian istirahat dahulu selama 3 minggu kedua. Lalu dilakukan kembali penembakan pada 3 minggu ketiga. Hasilnya dilakukan penghitungan skor kekerasan ereksi dan cukup tinggi. Sekitar 70 persen dari responden merespon dengan baik terapi ini dan 50% nya dapat kembali ereksi spontan tanpa dibantu dengan obat.
“Penelitian dilakukan 6 bulan kemudian, ESWT tetap memberikan hasil terbaik, yaitu dari 191 orang yang diterapi ini, 47 persennya merespon dengan baik. Bisa dikatakan, LI-ESWT ini benar-benar memberikan harapan baru bagi pasien DE, yaitu sembuh tanpa obat,” tambah Nur Rasyid.
Dibandingkan dengan pemakaian obat yang dapat memberikan efek samping, terapi dengan gelombang kejut ini sama sekali tidak ada efek samping. Bisa bertahan sekitar 2 tahun sampai seumur hidup tanpa tambahan obat minum. Tentu saja, tergantung gaya hidup yang dijalankan si penderita, pola makan, pola istirahat, serta gaya hidup yang lainnya.
Salah satu rumah sakit di Jakarta yang sudah melakukan terapi ini adalah RS Asri, khususnya ASRI Urology Center. Paket terapi selama 9 minggu ini sekitar 30 juta rupiah. Dan diharapkan setelah itu pasien dapat kembali “perkasa” di tempat tidur. (*)