Mengisap jempol adalah kebiasaan yang bisa memberi kepuasan. Umumnya bayi mengisap jempolnya. Walaupun mereka bisa mengisap sembarang jari atau beberapa jari sekaligus, tapi jempollah yang paling sering dipilih.
Penelitian menunjukkan bahwa susunan gigi anak yang mengisap jempolnya sampai melewati usia lima tahun, akan tumbuh tidak seperti semestinya. Berbagai alat mekanis digunakan para orangtua untuk menghentikan kegiatan anak mengisap jempol ini. Ada yang mengoleskan zat yang tidak enak ke jari-jari anaknya supaya anak tidak doyan mengisapnya.
Kebiasaan mengisap jari ini paling umum terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan anak. Biasanya dimulai pada periode tumbuh gigi. Ada anak yang mengisap jari terus-menerus, ada pula yang cuma sesaat sebelum tertidur. Perilaku ini biasanya lenyap pada usia lima tahun. Namun, kebiasaan ini perlu menjadi perhatian bila anak melakukan ini terus-menerus melewati usia tiga tahun. Karena ini bisa saja mengisyaratkan adanya faktor stres terpendam yang perlu ditangani.
Apa penyebabnya?
Mengisap jempol erat hubungannya dengan situasi yang berkaitan dengan kecemasan dan/atau permusuhan. Si anak agaknya memakai tindakan ini sebagai sarana untuk mengurangi ketegangan karena dengan demikian anak jadi memiliki suatu kesibukan. Ini merupakan gambaran bahwa anak tersebut melatih dirinya melakukan kebiasaan yang sifatnya tidak adaptif/sesuai, dan didukung oleh adanya efek meredakan ketegangan saat anak mengisap jempolnya.
Mengisap jempol juga membantu anak menghilangkan rasa kesepian. Saat mengalami stres, mengisap jempol menunjukkan penarikan diri dari situasi yang terlalu menakutkan untuk dihadapi. Anak hanya dapat menghadapi situasi tersebut dengan kembali menunjukkan berbagai perilaku seperti di saat ia masih bayi (regresi). Lewat mengisap jempol, bayi juga mungkin bisa menghilangkan rasa nyeri akibat adanya iritasi pada gusi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum gigi benar-benar muncul.
Mengisap jempol juga sebagai salah satu manifestasi seksual pada anak.
Bagaimana menanganinya?
Mengisap jempol tidak memerlukan penanganan apa pun selama anak masih bayi. Anak bisa dialihkan dari mengisap jempol kalau diberi empeng atau puting karet. Bila mengisap jempol mulai sering dilakukan setelah usia satu tahun, ini menunjukkan anak merasa bosan, sangat kelelahan atau tidak bahagia.
Penanganannya harus diarahkan pada memperbaiki situasi, bukan dipusatkan pada mengisap jempolnya. Anak harus memiliki waktu istirahat dan bermain yang cukup. Paling baik kalau perhatiannya dialihkan ke hal-hal lain yang menyenangkan. Kalau anak senang disibukkan dengan berbagai kegiatan, ia tidak akan mengisap jempol.
Pada anak-anak yang lebih tua, mengisap jempol harus ditangani lewat modifikasi perilaku dengan menjanjikannya hadiah. Memuji kekuatan tekadnya, membangkitkan rasa bangganya untuk bisa lepas dari kebiasaan itu. Bisa juga dengan mengoleskan jempolnya dengan zat yang pahit atau kenakan sarung tangan untuk mengingatkan anak agar tidak mengisap jempolnya.
Ingat, bahwa bersikap bawel dan memarahi tidak akan menolong, bahkan bisa memperparah masalah. Penggunaan alat seperti tali, selotip dan lainnya, kemungkinan juga tidak bisa menolong.