Pertimbangan Matang, Perceraian (tetap) Datang

Ade Sulaeman

Editor

Pertimbangan Matang, Perceraian (tetap) Datang
Pertimbangan Matang, Perceraian (tetap) Datang

Intisari-Online.com - Menunda pernikahan, dengan alasan usia yang belum matang, pendidikan yang masih rendah serta kondisi finansial yang belum mapan, masih kerap terjadi. Bahkan, di Amerika Serikat, kecenderungan untuk menunda pernikahan ini semakin meningkat.

Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics (NCHS), persentase wanita dengan usia di bawah 45 tahun yang memilih untuk tinggal bersama pasangan tanpa status pernikahan, sebelum akhirnya benar-benar menikah, mengalami peningkatan dari 3% menjadi 11%. Peningkatan persentase hingga empat kali lipat tersebut terjadi antara tahun 1982 hingga 2010. Dengan kata lain, perubahan pandangan yang dramatis di akhir abad ke-20 berlanjut hingga dekade pertama abad ke-21.

Sayangnya, pertimbangan untuk menunda perikahahan pertama kali hingga usia yang dirasa lebih matang serta dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan harapan akan memiliki pernikahan yang sukses dan langgeng, ternyata masih kerap berakhir dengan perceraian, bahkan hampir setengahnya.

Temuan ini berdasarkan hasil penelitian NCHS yang membandingkan hasil survei yang dilakukan antara tahun 2006 hingga 2010 dengan hasil survei yang dilakukan di tahun 1982, 1995 dan 2002. Masing-masing survei dilakukan terhadap pria dan wanita berusia 15 hingga 44 tahun

Beberapa temuan lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

  • Usia median ketika melakukan pertama kali berkisar di usia 26 tahun untuk wanita dan 28 tahun untuk pria.
  • 56% pria dan 52% wanita (terpaksa) mengakhiri pernikahan pertama mereka setelah dua dekade pertama (sekitar 20 tahun).
  • Sembilan dari 10 wanita serta delapan dari 10 pria pernah menikah minimal satu kali pada usia 40 tahun.
Pendidikan, seperti yang diungkapkan sebelumnya, memang menjadi salah satu faktor terbesar yang dijadikan pertimbangan ketika memutuskan menikah. Sekitar 2 dari 3 wanita (63%) yang telah menyelesaikan kuliah S-2 atau lebih tinggi sudah menikah untuk pertama kalinya. Sedangkan wanita yang baru menyelesaikan S-1 memperoleh angka 58%, bahkan wanita yang tidak memperoleh gelar diploma hanya memperolah angka 37%.

Kelanggengan pernikahan juga dipengaruhi oleh pendidikan. Lihat saja data yang menunjukan bahwa wanita yang menyelesaikan kuliahnya memiliki probabilitas yang tinggi untuk memiliki usia pernikahan hingga dua dekade. Sedangkan mereka yang hanya menyelesaikan sekolah tanpa mengecap bangku kuliah hanya memiliki probabilitas 41%. (WebMD)