Intisari-Online.com - Gangguan jiwa bukan melulu seperti yang dideskripsikan masyarakat umum sebagai orang gila. Menurut Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ (K), dosen pada Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, penderita gangguan jiwa tidak hanya orang gila saja, tetapi orang yang tidak merasa bahagia saja itu sudah tidak sehat jiwanya.
Dr. Suryo Darmono SpKJ, dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo mengemukakan, pada dasarnya kondisi gangguan jiwa itu jika terdapat tiga faktor, yaitu gangguan (dalam bentuk sindroma klinis dari perilaku, perasaan, dan pikiran), penderitaan, dan hambatan psiko-sosial.
Suatu gangguan jiwa bisa dikatakan berat jika itu sudah mengganggu fungsi psiko-sosialnya. “Orang yang sangat yakin dirinya bintang film terkenal padahal bukan, itu contoh orang yang sudah terganggu fungsi psiko-sosialnya, tidak bisa membedakan mana yang realita mana yang bukan,” jelas dr. Nurmiati.
Orang yang senantiasa diliputi kecemasan, panik, tidak percaya diri yang berlebihan, bukannya tidak mengganggu. Orang dengan fobia sosial, misalnya, selalu malu dan tidak percaya diri ketika bertemu dengan orang lain, akan sangat menghambat perkembangan pribadinya. “Mestinya bisa sukses, tapi karena malu dan rendah diri, dia tidak mengambil pekerjaan yang membuat dia jadi pusat perhatian, misalnya. Meskipun pemahaman tentang realitanya masih baik, kehidupannya akan terpengaruh,” papar dr. Nurmiati.
Kalau sudah begitu, stres mulai menghampiri. Kalau tidak diatasi, jadinya depresi. Menurut data global, 50% penderita depresi berpikiran untuk bunuh diri. Yang akhirnya menghentikan penderitaan depresinya dengan bunuh diri sekitar 15%. Maka kalau Anda mulai melihat indikasi gangguan jiwa di atas, mulailah bahagia!