Kepala, Tangan, dan Hati

Novani Nugrahani

Editor

Kepala, Tangan, dan Hati
Kepala, Tangan, dan Hati

Intisari-Online.com - Kepala, tangan, dan hati. Ketiga bagian tubuh tersebut mencerminkan pikiran, tindakan, dan perasaan atau dalam bingkai pemikiran psikologi kita juga sering mengenalnya sebagai “kognitif, afektif, dan perilaku”. Tiga unsur tersebutlah yang dianggap membentuk manusia secara penuh dan menyeluruh.

Pendekatan 3H ini juga diadopsi sebagai fondasi metode pendidikan Waldorf yang mementingkan perkembangan anak didik secara utuh dan menyeluruh, tak hanya terpaku pada sisi kognitif semata. Metode pendidikan yang digagas ahli pendidikan Rudolf Steiner (1861 – 1925) ini lantas berkembang menjadi sebuah gerakan internasional yang melibatkan lebih dari 600 sekolah di 60 negara.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, konsep holistik 3H dapat kita terapkan untuk memperoleh keselarasan hidup yang seimbang dan utuh. Mengabaikan salah satu unsur baik itu pikiran, perasaan, maupun tindakan bisa menyebabkan ketidakseimbangan yang dapat bermuara pada perasaan frustrasi, stres, marah, kecewa, bersalah, dan cemas. Ujung-ujungnya, kesehatan mental dan juga fisik kita menjadi taruhannya. Sebaliknya, kalau kita membiasakan diri untuk menyelaraskan isi kepala, perasaan dan juga tindakan (atau perkataan) maka dengan mudah kita akan merasa serba cukup dan bahagia. Oleh sebab itu, beberapa orang mencetuskan H yang keempat, yaitu “happiness” sebagai hasil yang didapat ketika 3H yang pertama dapat berjalan seiring seirama.

Marianna Adams dan Jessica Luke, dua peneliti dari Institute for Learning Innovation dalam penelitian mereka tentang konsep 3H juga mengaitkan tiga unsur tersebut sebagai faktor penting yang menentukan kejernihan tujuan (clarity of purpose) dalam hidup kita. Adams dan Luke menyarankan kita untuk senantiasa melontarkan pertanyaan apa, mengapa, dan untuk siapa (what, why, and for whom) kita melakukan kegiatan kita sehari-hari. Pertanyaan “apa” mewakili isi kepala, pertanyaan “mengapa” mewakili motivasi dari dalam hati, dan pertanyaan “untuk siapa” mewakili tujuan tindakan yang dilakukan tangan kita. Jawaban diri kita untuk ketiga pertanyaan itu, menurut Adams dan Luke, akan bisa menjadi lentera yang memandu kita untuk melihat tujuan hidup kita secara lebih jernih.

Jadi, sudahkah Anda bertanya apa, mengapa, dan untuk siapa semua aktivitas yang akan Anda lakukan hari ini? Jika belum, barangkali sudah saatnya Anda menyelaraskan lagi isi kepala agar sesuai dengan perasaan dalam hati serta tindakan yang dilakukan oleh tangan. Semoga dengan demikian, hidup Anda bisa menjadi lebih seimbang dan bahagia.