Intisari-Online.com – Pada suatu waktu seorang teman, sebut saja namanya Suti, menggebu-gebu bercerita panjang lebar soal idenya dalam sebuah rapat kerja. Sulit memotong pembicaraannya, karena sepertinya ia pun tidak ingin dipotong bicaranya. Saya yang mendengarkan hanya terbengong-bengong karena begitu banyak ide yang brilian keluar dari mulutnya, meski saya pikir rasanya ide itu mustahil dilaksanakan di perusahaan ini.
Sore harinya, ketika kami sedang rehat, saya terkejut ketika mendapati Suti di kamarnya sedang membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Ketika saya tenangkan, ia malah menangis tersedu-sedu. Sangat bertolak belakang dengan kejadian siang sebelumnya ketika ia dengan menggebu-gebu bicara soal idenya.
Inilah contoh kasus gangguan bipolar. Gangguan bipolar merupakan kelompok gangguan mood, bersifat episodik, menahun dan kambuhan dengan kepekaan seumur hidup. Ini merupakan masalah kesehatan jiwa yang serius. Bersifat episodik, yaitu terdapat episode manik dan episode depresif.
Dalam kasus tadi, saat siang hari, Suti sedang mengalami episode manik. Sorenya, ia mengalami episode depresif.
Apa yang kita lakukan bila teman kita mengalami kejadian seperti tadi? Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K)., dalam sebuah seminar media, menjelaskan, sebaiknya kita memonitor terus bagaimana tingkah laku teman kita tersebut.
Tidak mudah memang menjelaskan kepada si teman, bahwa ia mengidap bipolar. Alih-alih ia mau berobat, malahan ia marah karena kita menuduhnya mengalami gangguan jiwa. Jelaskan kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya untuk mengawasi bagaimana perilakunya. Dari hasil penelitian, sebanyak 25% dari penderita gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri, dan 15%-nya berhasil melaksanakan niatnya.
Bila tingkah laku teman tadi sudah membahayakan diri, seperti upaya untuk melakukan bunuh diri, serta membahayakan lingkungannya, dengan terpaksa kita memang harus membawanya ke rumah sakit untuk diperiksakan kondisinya.
“Perlu orang ketiga untuk meyakinkan si teman tadi, bahwa ia mengidap gangguan bipolar. Bisa saja kita dekati teman yang sangat ia percaya untuk meyakinkannya bahwa ia perlu pengobatan,” tambah Sasanta.