Bunuh Diri karena Depresi Mencapai 60 Persen

Birgitta Ajeng

Penulis

Bunuh Diri karena Depresi Mencapai 60 Persen
Bunuh Diri karena Depresi Mencapai 60 Persen

Intisari-Online.com - Orang yang mengalami depresi ringan secara umum masih berfungsi secara sosial. Tapi, dalam kondisi tertentu, fungsi sosial itu akan mogok. Bahkan, banyak yang kemudian melakukan bunuh diri.Asal tahu saja, setidaknya 60% dari seluruh kejadian bunuh diri ternyata terkait dengan depresi.Misalnya gara-gara tugas berat dari pekerjaan, seseorang jadi enggan untuk berkomunikasi dengan yang lain atau hanya ingin mengurung diri di dalam kamar. Dalam beberapa kasus ini hanya akan terjadi dalam beberapa hari, bahkan beberapa jam saja.Ada pula suasana hati yang buruk tersebut bisa bertahan, bahkan memunculkan gejala-gejala lain seperti sulit untuk bekerja dan memiliki masalah untuk berinteraksi dengan lingkungannya.Bila berlanjut lebih lama, penderita bisa enggan melakukan aktivitas apa pun dan tidak lagi memiliki tujuan hidup. Situasi terburuknya, kadang mereka berpikir bahwa kematian adalah jalan terbaik.“Mereka yang depresi bisa saja melakukan bunuh diri atau membunuh dirinya secara tidak sengaja seperti membawa kendaraan secara ugal-ugalan,” ujar Nael, sapaan Nathanael.Tapi Nael mengingatkan bahwa depresi, juga gangguan jiwa yang lain, adalah suatu continuum dari manusia. Ia bukanlah sesuatu yang salah atau aneh. “Everybody has their own problems,” ujarnya.Peran Community BaseData WHO mengungkapkan, sebagian besar penderita depresi baru menyadari kondisinya setelah berada pada fase kronis. Dalam kondisi terlambat itu, penderita yang memiliki akses untuk perawatan kurang dari 25%.Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka tersebut menjadi wajar mengingat jumlah penderita gangguan jiwa tidak sebanding dengan jumlah institusi yang bisa dijadikan rujukan. Belum lagi masalah kesadaran masyarakat yang belum bagus.Menurut Nathanael E. J. Sumampouw, cara paling efektif adalah melalui program community based. Melalui program ini, masyarakatlah, dalam hal ini orang-orang terdekat dari penderita, yang menjadi tumpuan utama dalam menangani penderita depresi, terutama pada depresi ringan.“Sumber dukungan terbaik untuk upaya penyembuhan ada pada kontak sosial,” ujar Nael.Menjadi pendengar yang baik dan mampu memberi dorongan secara positif merupakan pertolongan pertama yang paling efektif yabisa dilakukan ketika seseorang yang mengalami depresi tiba-tiba ingin bercerita.Tulisan tentang depresi ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 2012dengan judul asli "Satu dari Tiga Orang Sedang Depresi".