Cemburu Boleh, Posesif Jangan (1)

Birgitta Ajeng

Editor

Cemburu Boleh, Posesif Jangan (1)
Cemburu Boleh, Posesif Jangan (1)

Intisari-Online.com -Sebelum menikah, Vera sudah memberi pengertian kepada Adit bahwa kariernya sedang cemerlang. Sehingga pekerjaannya tidak kenal waktu dan harus sering pulang malam. Adit memahami dan mengerti kondisi Vera.Setelah menikah lima bulan, Vera dan Adit acap kali bertengkar karena Vera sering pulang malam hari dan dinilai akrab dengan Toni, rekan kerjanya. Vera mencoba menjelaskan dan meminta pengertian, namun Adit tidak juga paham. Bahkan pernah Adit menelepon ke kantor Vera untuk mengecek aktivitas istrinya.Pertengkaran antara Vera dan Adit yang disebabkan rasa cemburu hanyalah satu kasus di muka Bumi ini. Masih ada puluhan, bahkan jutaan, pertengkaran antara suami dan istri yang terjadi lantaran dilandasi kecemburuan.Orang bilang, cemburu itu tanda cinta. Selama hanya muncul sesekali, rasa cemburu bisa menghangatkan hubungan. Tetapi, akan beda arti bila cemburu menjadi tak rasional dan malah menjadi pemicu ketidakharmonisan rumah tangga.Jangan jadi posesif dongCemburu itu milik semua orang kok. Nurul Adiningtyas, M. Psi, Psikolog di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, bahkan mengungkapkan bahwa setiap pasangan yang saling menyayangi pasti pernah dilanda rasa cemburu. "Cemburu dan curiga bisa menjadi bumbu dalam suatu hubungan," ungkap Naning, begitu sapaan akrabnya.Penjelasannya begini, cemburu sebenarnya merupakan reaksi yang komplek terhadap perasaan terancam akan hubungan yang sedang dijalin. Berbeda dengan rasa benci, cemburu selalu melibatkan rasa takut akan kehilangan.Cemburu melibatkan perasaan, pikiran dan tingkah laku dalam ruang yang sangat luas. Perasaan yang terlibat adalah marah, gusar, benci, takut, sedih, dukacita dan merasa dihina. Cemburu juga melibatkan pikiran-pikiran seputar dendam, rasa menyalahkan, membandingkan dengan saingan, cemas akan pandangan orang, serta mengasihani diri sendiri. Dampak dari rasa cemburu bisa terlihat pada tingkah laku yang tidak berhenti bertanya kepada pasangan. "Misalnya mulai sering mengecek dan menghubungi pasangan," jelas Naning.Cemburu muncul karena berbagai sebab. Biasanya ada latar belakang tertentu seperti akibat perceraian orangtua, pertengkaran terus menerus di keluarga, pernah dibohongi pasangan, selalu dimarahi orangtua karena tidak dipercaya, kurang percaya diri.Bisa juga karena pasangannya memiliki banyak kelebihan seperti lebih ganteng atau cantik ganteng atau cantik, lebih kaya, jabatannya lebih tinggi, serta pekerjaannya lebih sibuk. Cemburu bisa pula timbul karena adanya perubahan mendadak yang dilakukan salah satu pasangan. Misalnya, jadi sering pulang malam.Benar bahwa cemburu bisa mempererat hubungan. Asal tidak parah dan munculnya sesekali, maka cemburu merupakan suatu peringatan bagi masing-masing untuk tidak bersikap seenaknya. Mekanisme kontrol lah. Cemburu bisa mendukung pasangan untuk saling menghormati serta berusaha membuat pasangannya merasa dihargai.Namun, menurut Naning, cemburu bisa meregangkan hubungan jika sudah berlebihan. Cemburu yang terus-menerus dipelihara bisa meningkat jadi posesif. "Posesif dan tidak terkontrol, bahaya," ungkapnya. Arahnya bisa negatif seperti kekerasan. Bukannya mereda, masalah malah tambah parah.Naning menjelaskan, sikap posesif adalah obsesi untuk mengontrol setiap aspek kehidupan dari pasangan. "Dia mengatur pasangannya hanya boleh berteman dengan siapa. Pekerjaan juga dikontrol, harus bekerja di mana. Bahkan kadang-kadang ada yang sampai pergi dengan keluarga saja tidak boleh," kata Naning.-bersambung-