Intisari-Online.com -Sebelum menikah, Vera sudah memberi pengertian kepada Adit bahwa kariernya sedang cemerlang. Sehingga pekerjaannya tidak kenal waktu dan harus sering pulang malam. Adit memahami dan mengerti kondisi Vera.Setelah menikah lima bulan, Vera dan Adit acap kali bertengkar karena Vera sering pulang malam hari dan dinilai akrab dengan Toni, rekan kerjanya. Vera mencoba menjelaskan dan meminta pengertian, namun Adit tidak juga paham. Bahkan pernah Adit menelepon ke kantor Vera untuk mengecek aktivitas istrinya.Meruncingnya hubungan pasangan seperti Adit dan Vera dinilai Nurul Adiningtyas, M. Psi, Psikolog di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, karena kedua pihak tidak mau mengalah. "Mereka tidak mau mengakui bahwa kesalahan ada pada diri masing-masing," kata Naning.Adit tetap teguh pada pemikirannya sendiri bahwa Vera selingkuh padahal ia tidak memiliki bukti. Sedangkan Vera merasa yakin bahwa hubungan dia dengan Toni sebatas teman kerja. Ketika Adit menunjukkan tanda-tanda cemburu, Vera tetap dekat dengan Toni. Di sinilah letak kesalahannya. "Harusnya ketika suami sudah curiga, istri menjaga jarak dengan laki-laki yang dicurigai suami dan mengakui kesalahannya," ungkap Naning.Jika pernikahan langgeng adalah tujuan, maka semestinya istri atau suami bisa saling mengalah. "Mengembalikan kerukunan harus dimulai dari kedua pihak. Kalau dari keduanya punya niat baik untuk bertahan, semestinya mereka bisa mengakui kesalahan."Jika masing-masing pihak sudah mengakui kesalahan, mereka tidak boleh lagi mengungkit. Mengungkit-ungkit masalah, apalagi jika pasangan sudah menyesali perbuatannya, malah akan menambah runyam persoalan. Bahkan, tindakan itu bisa membuat pasangan kembali terjerumus untuk memenuhi dakwaan pasangannya.Jadi, selain memaafkan, pasangan suami-istri sebaiknya kembali membangun komunikasi, rasa menghargai, rasa saling percaya, dan toleran.-selesai-