Inilah Alasan Nafsu Makan Hilang Saat Patah Hati

Ade Sulaeman

Editor

Inilah Alasan Nafsu Makan Hilang Saat Patah Hati
Inilah Alasan Nafsu Makan Hilang Saat Patah Hati

Intisari-Online.com - Putusnya sebuah hubungan tak sesederhana mengucap selamat tinggal. Ada banyak perubahan yang mungkin akan kita alami, salah satunya adalah menjadi tak nafsu makan.

Para ahli menyebut kondisi tersebut sebagai "diet putus". Dan hal tersebut ternyata banyak dialami oleh orang-orang yang baru putus. Boro-boro mau makan, rasa lapar saja tak pernah datang.

Menurut Marina Pearson dan Debra Smouse, konsultan pernikahan, tubuh dan pikiran sangat terhubung. Sehingga, tak mengherankan jika saat kita sedih atau marah, tubuh akan terpengaruh.

Saat hati kita sakit, tubuh kita pun merasakan hal yang sama. Ia menjelaskan apa yang terjadi dalam level kimiawi ketika kita sedang didera kesedihan dan stres. "Hal pertama yang dilakukan tubuh adalah memicu dilepaskannya adrenalin yang akan mengalir ke seluruh tubuh dan meningkatkan kadar kortisol," kata Pearson.

Kortisol yang terlalu banyak dalam tubuh dan terjadi dalam waktu lama akan meningkatkan kadar gula darah, mengurangi kalsium dari tulang, meningkatkan tekanan darah, mengurangi massa otot, menumpuk lemak, bahkan mengurangi kemampuan berpikir.

"Dalam jangka pendek, hal itu memengaruhi sistem imun, dan karena sistem imun adanya di usus tak heran jika nafsu makan pun ikut terpengaruh," paparnya.

Saat sedang patah hati, kebanyakan orang akan mencari "comfort food " seperti cokelat, es krim, atau cupcakes. Sementara ada juga orang yang justru tak berselera menyentuh makanan.

"Karena ada kaitan antara perut kita dan hati kita, maka setiap makanan yang kita makan akan membuat kita merasakan sakit. Kita pun tak mampu menelan," kata Smouse.

Lebih lanjut ia menjelaskan, saat kita memaksa diri untuk makan sesuatu kita akan kembali merasakan kepedihan. "Karena kita belum siap untuk bangkit dari kesedihan dan kekecewaaan, kita pun tak ingin merasakan sakit sehingga kita memilih untuk tidak makan," urainya.

Walau kita mungkin senang karena berat badan turun, tapi sebenarnya hal tersebut tidak sehat. "Salah satu klien saya menjadi kurus tinggal tulang setelah bercerai. Oleh dokter ia disarankan untuk menambah berat badannya, tapi ia ngotot dengan kurus suaminya akan kembali lagi, karena wanita yang merebut suaminya berbadan langsing," katanya.

Bangkit dari kesedihan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi salah satu cara terbaik untuk bangkit adalah merawat diri sendiri, baik emosional dan fisik.

"Turun berat badan bisa menjadi bagian dari penyeimbangan, tapi membiarkan diri kelaparan bukanlah cara mencintai diri bahkan jika itu bisa membuat Anda lebih langsing," kata Smouse. (kompas.com)