Intisari-Online.com -Rumus pertama adalah memberikan pengertian pada anak. Dalam memberikan pengertian anak bisa dimotivasi dengan mengiming-imingi sesuatu. Misalnya, "Es krimnya cukup satu saja, dan tidak boleh serakah. Nanti kalau Ayah atau Ibu ada rezeki, Adik diajak jalan-jalan!"Ingat, formulasi kalimat iming-iming itu jangan sampai terjebak pada hal negatif. Misalnya, "Kalau adik serakah, nanti enggak Ibu ajak jalan-jalan, lo!"Soalnya, kesalahan formulasi kalimat bisa mengubah konsep motivasi menjadi ancaman. Jadi, kalau anak akhirnya makan satu es krim, itu karena terpaksa lantaran takut ancaman ibunya.Yang lebih fatal lagi, ia akan menganggap para orangtua adalah diktator yang selalu memaksakan kehendak pada anaknya. Hal ini akan menimbulkan dendam dalam diri mereka.Prinsip kedua, bila sesudah diberi pengertian tetapi tetap melanggar, cobalah memberi ilustrasi menarik yang berhubungan dengan hal itu.Misalnya, "Kemarin di ladang petani, ada seekor bebek yang serakah. Pak Tani memberi semangkuk cacing untuk dimakan bersama teman-temannya. Tapi semangkuk cacing itu dihabiskan sendiri oleh bebek serakah. Akhirnya, si bebek serakah muntah-muntah dan sakit perut. Ia pun menyesal, minta maaf pada teman-temannya, dan berjanji tidak serakah lagi."Sambil bercerita, cobalah mengaitkannya dengan masalah yang terjadi. "Makanya, Adik jangan serakah. Nanti kayak si bebek, lo. Kalau banyak makan es krim, 'kan bisa batuk, pilek, lalu badannya panas. Kalau sudah sakit begitu, Adik jadi enggak bisa main layang-layang lagi."(Bersambung)--Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2002, ditulis oleh Yuyus Robentien. S.Pd. dengan judul asli "Membujuk Anak Ada Caranya".