Intisari-Online,com - Rumus ketiga, bila dengan ilustrasi itu anak tetap tidak bisa dibujuk, cobalah mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Misalnya, "Lo, Dik, lihat itu ada pus bagus. Pus siapa, ya? Oh, pusnya lapar, Dik. Ayo, kita kasih makan."Cara keempat, bila ketiga langkah tadi tidak membawa hasil, cobalah Anda meninggalkan anak untuk hening sejenak agar kita sampai pada kesadaran bahwa anak bukanlah makhluk dewasa. Mereka memiliki keunikan pola pikir dan emosi. Sadari bahwa anak belum sampai pada tingkat kecerdasan, emosi untuk memahami konsep keserakahan dan kebersamaan.Atas dasar itu, ordng tua perlu menyiapkan anak agar kecerdasan emosinya meningkat, dengan meningkatkan sosialisasinya. Misalnya, mengajak dia mengamati teman bermain yang sedang membagikan permen. Suruhlah dia melakukan hal yang sama seperti dilakukan teman itu, yaitu membagikan sesuatu kepada teman-temannya.Di sisi lain, saat menangis atau marah ditinggal pergi orangtua, ia barangkali akan berpikir bagaimana tidak, enaknya ditinggalkan orangtua. Lalu mengapa orangtuaku pergi? Oh, mungkin karena aku tidak patuh padanya. Kalau begitu, aku akan menurut pada orang tuaku.Pada kondisi seperti ini, bisa terjadi anak akan mendatangi orangtua. Kalau ini terjadi, sambutlah kedatangannya dengan pelukan hangat. Bila sudah jelas menyadari kesalahannya, suruhlah ia meminta maaf.Namun, bila setelah beberapa menit kita tinggalkan tidak juga mendatangi kita, cobalah untuk merigalah. Kita yang datang padanya. Ajak dia melupakan peristiwa yang baru saja terjadi, dengan melakukan kegiatan rekreatif. Bisa berkebun, bermain boneka, menonton film kartun, atau apa saja. Yang.penting bisa menyembuhkan perasaan anak yang baru saja terluka.Bagaimanapun curahan perhatian dan kasih sayang orangtua itu ibarat kemilau permata di mata anak-anak. Untuk itu, jangan pernah menjadi orangtua otoriter yang selalu mengancam, menghukum, dan melukai hati anak-anak dengan mengumbar emosi.(Selesai)--Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2002, ditulis oleh Yuyus Robentien. S.Pd. dengan judul asli "Membujuk Anak Ada Caranya".