Intisari-Online.com - Jumlah pasien yang menderita penyakit kronis dan membutuhkan pengobatan jangka panjang terus meningkat. Sayangnya kepatuhan pasien minum obat masih rendah.Penelitian menunjukkan, tingkat kepatuhan pasien minum obat pada penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi, hanya berkisar 43 persen hingga 78 persen. Hampir setengah pasien yang mengonsumsi obat golongan statin menghentikan pengobatannya setelah 6 bulan. Padahal, agar penyakitnya terkendali dibutuhkan pengobatan seumur hidup.
(Baca juga: Inilah Obat Obatan P3K Di Rumah)Menurut Dr.Ikhsan Mokoagow, Sp.PD, ada banyak faktor yang menyebabkan pasien kurang disiplin meminum obat. "Ada berbagai hambatan, mulai dari dokter yang kurang menjelaskan manfaat dan akibat tidak patuh minum obat, pasien yang sering lupa minum obat, hingga faktor obat yang mahal dan sulit mencari obat di apotek," katanya dalam acara temu media yang digelar oleh Pfizer di Jakarta, Selasa (15/4/14).Penyakit kronik adalah jenis penyakit yang memiliki penyebab multifaktor dan tidak ada penyembuhan yang jelas seperti jenis penyakit flu. Selain itu, penyakit ini juga memiliki bahaya laten."Biasanya orang yang menderita hipertensi kadar kolesterolnya tinggi, dan orang yang sakit diabetes melitus juga lebih rentan terkena serangan jantung. Bahaya-bahaya ini sering tidak disadari oleh pasien," ujar dokter yang menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.Pengobatan penyakit kronik, lanjut Ikhsan, bukan hanya bertujuan mengendalikan penyakitnya tapi juga memiliki fungsi-fungsi lain. "Misalnya obat statin untuk menurunkan kolesterol. Selain menurunkan lemak ia juga punya manfaat antiperadangan dan menurunkan progresi plak agar pembuluh darah tak mudah tersumbat, jadi tidak bisa sembarangan menghentikan pengobatan," katanya.Pasien juga seringkali merasa penyakitnya sudah terkontrol sehingga merasa tidak perlu melanjutkan minum obat. "Pasien seharusnya jangan cepat puas jika gula darah atau tekanan darahnya sudah terkendali. Ingat, penyebab penyakitnya multifaktor, jadi harus dicek laboratorium secara rutin," katanya.Pengobatan yang setengah-setengah menurut Ikhsan bisa berpengaruh buruk. Dalam penelitian, pasien hipertensi yang memiliki tingkat kepatuhan minum obat 80-100 persen terkait dengan tekanan darah yang terkendali baik.Selain itu, ketidakpatuhan minum obat juga beresiko tinggi meningkatkan risiko kematian. "Banyak orang menganggap minum obat seumur hidup sebagai vonis hukuman. Karena itu saya berusaha mengajak pasien untuk menganggap obat sebagai pengendali penyakit," ujarnya.Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien pada pengobatan jangka panjang. Perusahaan farmasi, misalnya, kini berusaha membuat regime pengobatan yang sederhana sehingga pasien hanya perlu minum satu obat saja dalam sehari. Selain itu juga dilakukan edukasi yang holistik pada pasien mengenai penyakit yang diderita dan manfaat pengobatan yang sedang dijalani. (Kompas)