Intisari-Online.com - Ada yang bilang, lari pakai jaket mampu mempercepat penurunan berat badan. Nyatanya dr. Hario Tilarso menilai lari pakai jaket tidak tepat dilakukan di Indonesia.
“Lari pakai jaket itu salah, apalagi di Indonesia, itu salah banget,” katanya, di acara konferensi pers #Saferunning Pocari Sweat Run Jakarta, Rabu (7/5) lalu.(Baca juga: Pro-Kontra Lari Sebagai Olahraga)
Dokter yang juga pelari profesional itu melarang keras pelari menggunaan jaketnya, dengan alasan demi kebaikan sirkulasi udara yang menyesuaikan dengan kondisi dan iklim di Indonesia.
“Pakai jaket malah mencegah terjadinya penguapan air di tubuh kita. Padahal saat berlari, lemak tubuh kita terbakar akibat aktivitas yang banyak itu, kalau tidak menguap, dan kembali ke tubuh kita itu bahaya,” jelasnya.
Menurut dr. Hario, sebagai negara tropis dan bersuhu lembab, pelari di Indonesia sebaiknya menggunakan pakaian yang lebih terbuka atau banyak ventilasinya, yaitu berupa baju berpori atau dry fit.
“Karena hasil pembakaran tubuh bisa dikeluarkan lebih cepat, meski cairan berkurang, kita bisa segera menggantinya dengan asupan minuman yang baik,” terangnya menghindari dehidrasi.(Baca juga: 6 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Ikut Lomba Lari)
Ia membandingkan, bahkan pelari professional akan memilih baju berlengan terbuka atau pendek, dan jenis yang lebih tidak ketat. Ini difungsikan agar badan tidak susah bernafas, tidak seperti saat lari pakai jaket.
Selain itu, ia menyebutkan peruntukan jaket yang digunakan pelari kemungkinan bisa diaplikasikan dalam kondisi negara bersuhu rendah.
“Kecuali berlari dalam kondisi dingin, misal di luar negeri yang suhunya bisa mencapai 1 derajat. Itu bisa saja,” katanya. (hai-online.com)