Jarang Bercinta Tak Sebabkan Gangguan Prostat

Tjahjo Widyasmoro

Editor

Jarang Bercinta Tak Sebabkan Gangguan Prostat
Jarang Bercinta Tak Sebabkan Gangguan Prostat

Di masyarakat kita sering bertiup mitos bahwa pria yang jarang bercinta atau mengeluarkan sperma, maka akan berisiko terjadi gangguan kelenjar prostat. Mitos itu ditepis oleh Gideon Tampubolon Sp.U, Spesialis Urologi RS Premier Bintaro, di Tangerang Selatan, Kamis (12/6).

Menurut Gideon, kalau memang benar mitosnya seperti itu, maka seharusnya pasien dia kebanyakan adalah para biarawan yang tidak kawin seumur hidupnya. “Dua belas tahun saya menjadi spesialis urologi, saya baru punya satu pasien pastor,” tutur dia sambil tertawa.

Pembesaran kelenjar prostat, menurut Gideon, ibaratnya seperti proses alamiah sebab sekitar 40 persen orang berusia 60 tahun mengalami. Semakin bertambah usia, risikonya juga semakin tinggi. Kelenjar prostat yang fungsinya untuk mengencerkan cairan semen serta membantu proses ereksi dan ejakulasi itu juga bisa membesar karena pengaruh hormon testosteron atau “hormon lelaki”. Hormon estrogen pada pria yang terus meningkat ini membuat sensitisasi kelenjar prostat terhadap testosteron. Terakhir, ada pula faktor pertumbuhan tubuh.

Karena faktor usia, maka tak heran jika orang-orang yang telah berusia lanjut umumnya mengeluhkan soal buang air kecil ini. Seperti keluhan iritatif, yakni sulit menahan kencing serta sering kencing terutama di malam hari. Ada juga keluhan obstruktif yakni pancaran air kencing lemah, kencing terputus-putus, harus menunggu sebelum kencing, mengedan, serta inkontinensia overflow. Namun harus hati-hati, karena sering kencing di malam hari bisa tumpang tindih dengan diabetes melitus atau kencing manis.

Sebelum ini dokter mengatasi gangguan kelenjar prostat dengan cara pembedahan dan dikerok (Trans Urethral Resection) untuk mengeluarkan jaringan prostat. Dengan dikerok prosesnya pasien bisa lebih cepat pulang yakni sekitar 4-5 hari di rumah sakit, sementara dengan pembedahan bisa mencapai 7-8 hari. Risiko dengan pengerokan ini juga bisa mengakibatkan saraf di sekitar kelenjar akan terkena sehingga mengakibatkan impotensi.

Kini pembesaran kelenjar prostat juga bisa diatasi dengan laser Thulium yang berkekuatan 2010 nm 150 W. Prosesnya sama dengan pengerokan hanya saja kelenjar langsung dibakar habis. “Keuntungannya perdarahannya minimal dan masa rawat juga lebih singkat lagi yakni sekitar 2-3 hari saja,” tutur Gideon. Belakangan, tindakan dengan laser juga semakin disukai pasien karena terbukti lebih cepat dan efektif.