Menjaga Kesehatan Mata Anak di Era Digital

Birgitta Ajeng

Editor

Menjaga Kesehatan Mata Anak di Era Digital
Menjaga Kesehatan Mata Anak di Era Digital

Intisari-Online.com - Di zaman digital ini anak yang berisiko mengalami gangguan mata terus meningkat. Orangtua harus cermat menjaga kesehatan mata anak di era digital.

---

Yoga, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun sudah memakai kacamata rabun jauh sejak dia berumur 7 tahun. Sejak saat itu, orangtuanya rutin mengantar dia ke rumah sakit setiap delapan sampai sepuluh bulan untuk membeli kacamata baru. Dokter matanya mengatakan bahwa kasus seperti itu sering terjadi.

Rabun jauh atau miopia biasa terjadi pada anak. Berdasarkan situs resmi Mayo Clinic, anak-anak memang mengalami rabun jauh pada tahun awal sekolah, ketika usia mereka 6-7 tahun. Umumnya anak tersebut terlihat suka mengedipkan mata secara terus-menerus, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau papan tulis di kelas, dan tidak menyadari adanya benda-benda yang jauh darinya. Selain itu, menurut dokter mata dari Jakarta Eye Cente, dr. Devina Nur Annisa, SpM, tanda lainnya adalah anak gemar mengucek-ngucek mata dan berkedip. “Mengucek dan berkedip itu biasanya merupakan mekanisme melawan rasa lelah mata,” katanya.

Perubahan penglihatan ini dapat berkembang cepat atau lambat, dan berangsur-angsur memburuk selama masa kanak-kanak dan remaja. Peningkatan rabun jauh sering paling cepat terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun, biasanya cenderung menjadi stabil sesudah memasuki masa dewasa, atau pada usia 20 tahun.

Miopia adalah salah satu kelainan refraksi atau kelainan kacamata. Menurut Devina kelainan refraksi merupakan kelainan mata yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. “Pada pasien anak, kasusnya mencapai angka 30% dari semua keluhan mata pada pasien kita,” katanya.

Kelainan ini biasanya tidak bisa diketahui dengan cepat pada anak, apalagi kalau kelainan refraksi ini hanya terjadi pada satu mata. Sebagai orangtua kita patut waspada, karena bisa saja ada gangguan refraksi mata pada anak. Jenis gangguan ini bisa miopia (dalam bahasa awam disebut rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), atau astigmatisma (silinder). Gangguan juga bisa merupakan kombinasi dari miopia atau hipermetropi (salah satunya) dengan astigmatisma.

Sebagai orangtua, kita bisa mengamati adanya kelainan pada mata anak. kita perlu jeli menangkap adanya kejanggalan. Agar lebih pasti, sebaiknya orangtua segera membawa anak ke dokter spesialis mata untuk diperiksa demimenjaga kesehatan mata anak di era digital.