Intisari-Online.com -Data dari Direktorat Permukiman dan Perumahan BAPPENAS menunjukkan, tahun 2012, akses untuk sanitasi yang lebih baik baru menjangkau 58,8 persen penduduk. Artinya, hampir separuh penduduk Indonesia masih belum menikmati fasilitas sanitasi yang memadai. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi angka yang hampir separuh itu, salah satunya adalah dengan memulai gerakan toilet bersih dari sekolah-sekolah.
Naning Adiwoso, Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia, dalam acara Gerakan Toilet Higienis Domestor 2014, mengatakan, kondisi umum toilet sekolah di Indonesia—bahkan yang berada di perkotaan sekalipun—banyak yang masih tergolong jauh dari ideal. Salah satu musababnya adalah rendahnya pengetahuan pihak sekolah mengenai pentingnya mendesain, membangun, hingga memelihara toilet sehingga terjamin higienitasnya.
“Mulai dari jumlah toilet yang tidak sebanding dengan jumlah murid, tidak tersedianya air bersih, jambann atau kloset yang kotor, berbau, tidak adanya tempat cuci tangan, ventilasi cahaya kurang, dan lain sebagainya. Itulah masalah toilet sekolahan Indonesia saat ini,” beber Naning.
Padahal, jika ditilik lebih lanjut, toilet kotot, basah, dan gelap, adalah markas paling nyaman bagi bakteri untuk berkembang biak dengan cepat. Untuk mengatasi pelbagai penyakit yang bisa saja muncul, dr. Rouli Nababan, Sp.A, menekankan tentang pentingnya orangtua untuk menanamkan norma-norma kebersihan kepada anak-anak, terutama di toilet sekolah.
“Tidak hanya diare, gangguan-gangguan kesehatan yang kerap muncul akibat toilet yang jorok antara lain ISPA alias infeksi saluran pernafasan, tifus, disentri, bahkan infeksi saluran kecing,” tutur Rouli. Oleh sebab itu, memulai gerakan toilet bersih dari sekolah-sekolah menjadi keharusan. Terutama bagi mereka yang mengidam-idamkan toilet bersih dan higienis. (MH)