"Sekarang saya memiliki sebuah pesawat televisi, sebuah paviliun dan lift. Lalu kapan saya diberi kolam renang?" Sambil berkata begitu, ia meneruskan kebiasaannya menuruni tangga dengan jalan kaki supaya tetap segar.
Menempuh tiga kali keliling bumi
Paviliunnya yang ada di kebun merupakan sebuah tempat bernaung yang terbuat dari seng bergelombang dengan pintu kaca, bangku dan alat pemanas. Tempat itu terletak di pinggir jalan kecil dari tanah liat yang dalam waktu 37 tahun tanah itu turun sebanyak lima sentimeter.
Jalan itu dilindungi rumpun, hutan arbei dan pepohonan yang berjajar, yang menembus bekas lapangan.
Di paviliun itu, "Nomor 7" dapat menghangatkan diri. Soalnya, biarpun cuaca sangat buruk, ia tetap ingin keluar. Satu setengah tahun yang lalu, "Nomor 7" terserang sakit paru-paru akibat berjalan-jalan di udara terbuka.
Selama ia berada lima hari di rumah sakit Inggris, empat puluh pekerja dan karyawan, koki, penjaga, sekretaris, ahli pemanas ruangan, juru rawat, penterjemah, supir dan para direktur merasa waswas kehilangan pekerjaan mereka yang bergaji baik.
Sejak saat itu, masa kerja mereka cuma diperpanjang setahun. Soalnya, sejak tahun 1966, ketika teman sepenjara "Nomor 7" yang terakhir dibebaskan, keempat dokter Sekutu yang setiap bulan merawatnya secara bergantian memperkirakan bahwa ia paling lama cuma akan bertahan hidup tiga tahun lagi.
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Ternyata Ada yang Meneruskan Cita-cita Nazisme Ayah Mereka
Ternyata perkiraan para dokter di tahun 1966 itu meleset. Justru satu dari empat dokter Sekutu yang merawat "Nomor 7", seorang direktur, beberapa orang penjaga dan pegawai lainnya meninggal duluan.
Sebagian besar dari mereka meninggal dunia akibat kombinasi keadaan di penjara. Di situ, makanan berlebihan, orang bisa menikmati minuman khas bangsa-bangsa Sekutu seperti wodka, bourbon, scotch dan cognac (padahal minuman beralkohol dilarang keras di Spandau) dan mereka juga kurang bergerak karena nganggur.
"Kalau "Nomor 7" mulai "patroli" dengan badan bungkuk disangga penopang kayu di sebelah kanan, maka seorang penjaga akan terus-menerus berada di samping kanannya. Soalnya, mata kanan kakek itu menderita penyakit katarak. Ia setengah buta.
Itulah sebabnya ia sering tersandung. Kalau dia jatuh, seorang karyawan bisa-bisa kehilangan pekerjaan sederhana macam itu dengan tiba-tiba.
Sepanjang masa tahanannya yang hampir 37 tahun itu, pak tua itu telah menempuh jarak yang kalau dihitung-hitung hampir bisa menyamai tiga kali keliling dunia.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR