Ia menulis surat ke sana tanggal 29 Agustus 1970 dan dijawab agar bertanya ke Palang Merah Hamburg. Tanggal 14 Oktober 1970 ia menerima jawaban dari bagian riset Palang Merah Alrosen Jerman.
Dalam surat itu disertakan 2 lembar foto bayi yang pada karton di muka perutnya tertulis nama Inggrid de Fouw, lahir 31 Juli 1944, persis hari kelahiran Irene.
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam
“Sepanjang malam saya duduk di kursi, memandangi kedua foto itu dan menangis. Saya tidak tahu apakah foto itu gambar saya, sebab saya tidak punya foto lain pada umur sekian. Saya berpikir semalam-malaman. Saya memandang wajah saya di cermin dan membandingkannya dengan wajah saya.
Bayi itu mempunyai lengkung alis yang sama dan mata yang sama dengan saya. Saya mengenali diri saya sendiri. Tetapi bedanya nama saya Irene, bukan Ingrid. Tetapi saya tahu bahwa di panti asuhan nama yang berbau asing diganti.”
“Hampir setahun kemudian, tanggal 30 Agustus 1971, saya menerima surat kedua yang menyatakan bahwa saya dilahirkan dalam klinik bersalin yang diurus oleh tentara Jerman.”
“Kemungkinan besar klinik tersebut terletak di Lamorlaye dekat Chantilly dan Anda diungsikan dari sana pada tanggal yang tidak bisa dipastikan, kemungkinan dalam bulan Agustus 1944. Kemudian Anda dikembalikan ke Perancis bulan Agustus tahun 1946.”
Ketika saya membaca nama Lamorlaye, saya yakin bahwa wanita yang menulis surat kepad aibu angkat saya tidak berdusta.
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Ternyata Ada yang Meneruskan Cita-cita Nazisme Ayah Mereka
Surat-surat yang memuat keterangan jelas tentang orang tua saya sudah dihancurkan pada akhir perang. Saya berkeyakinan bahwa saya harus terus mencari keterangan.
Ketika mengunjungi Lamorlaye, saya mengetahui bahwa ayah saya tidak lain daripada seorang perwira SS. Dulu saya benci orang Jerman karena saya percaya bahwa mereka telah menyiksa orang tua saya.
Saya tidak pernah berusaha menilai ibu saya. Sedangkan ayah saya, Jerman atau bukan, toh ayah saya. Saya ingin menemukan seorang di antara keluarga saya. Karena itulah saya bicara. (Paris Match – Intisari Desember 1974)
Baca juga: Ini Eksperimen Medis Nazi yang Renggut Ribuan Nyawa, Mulai Heterokromia hingga Gas Mustard
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR