Termasuk pula melakukan serangan langsung, serbuan komando, melindungi personel dan perlengkapan tempur, serta menggelar operasi konvensional atau operasi khusus (special light-infantry).
Demi memenuhi kepentingan AS yang kerap mengirimkan pasukannya di berbagai negara , pasukan Ranger memang harus selalu berada dalam kondisi siap tempur.
Demi menciptakan kondisi yang selalu siap tempur itu Ranger menerapkan organisasi Ready Reaction Force 1 (RRF1).
Badan ini bertanggung jawab mengatur rotasi antarbatalion dengan interval tiap 13 minggu.
Dalam tugasnya, RRF1 mampu mengirim dan menggelar pasukan Ranger hanya dalam waktu 18 jam setelah perintah operasi dikeluarkan oleh Markas Besar (Mabes).
Bahkan dalam eskalasi sangat tinggi atau kondisi darurat, satu batalion Ranger ditambah satu kompi Ranger dalam kondisi siap tempur mampu digerakan hanya dalam waktu sembilan jam.
Setiap Batalion Ranger juga mengoperasikan 12 Kendaraan Operasional Khusus yang digunakan untuk penguasaan lapangan terbang.
Misalnya, mereka telah memodifikasi jip Land Rover hingga mampu mengangkut enam-tujuh personel.
Itu pun masih dimuati senapan mesin M240G, pelontar granat Mk19 atau senapan mesin M2HB kaliber 50 dan persenjataan anti-lapis baja kaliber 84 mm Carl Gustav dan Javelin.
Bagi Ranger, ranpur jenis Land Rover bukanlah dijadikan kendaraan serbu, melainkan hanya untuk meningkat mobilitas pasukan.
Untuk kelincahan manuver lapangan, setiap batalion dilengkapi 10 sepeda motor 250 cc.
Maka menjadi agak aneh ketika pasukan Ranger menyerbu disertai pula oleh puluhan pembalap motor berseragam militer dan bersenjata lengkap.
Kehadiran pasukan pemotor yang muncul tiba-tiba dan langsung turut bertempur kadang sering membuat pasukan lawan jadi kebingungan.
Source | : | warhistoryonline.com,military.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR