Baca juga: Begini Cara ISIS Kumpulkan Uang Hingga Jadi Organisasi Teroris Terkaya
Perjuangan menghadapi RAF waktu itu benar-benar memaksai konsep gerilya. Para spesialis anti teroris itu tidak memiliki perlengkapan hutan yang memadai: tidak ada sekop lipat, jaring dan tenda.
Benda-benda perlengkapan itu sudah dicoret dari daftar keperluan. Ketika salju turun, mereka hanya bisa berlindung di bawah kain seprai.
Akhirnya, dalam keremangan, tampaklah dua wanita berambut pirang dan hitam menyelinap masuk ke tempat yang diincar para anggota anti teroris itu. Di tempat itu baru saja diketemukan berkas rencana penyerbuan dan strategi RAF dan senjata-senjata berat.
Kedua wanita tadi ternyata anggota RAF yang sudah lama dicari, Brigitte Mohnhaupt dan Adelheid Schulz. Saat mereka sedang sibuk menggali, dalam sekejap mereka sudah terbanting di lantai dan senjatanya dilucuti.
Bahkan Brigitte Mohnhaupt yang paling ditakuti itu tidak sempat menarik pistolnya yang disembunyikan di balik bajunya.
Baca juga: Terlibat Langsung Memberantas Terorisme, TNI Bisa Jadi 'Sasaran Resmi' para Teroris Berikutnya
Bahwa teroris bisa disergap tanpa pertumpahan darah, juga sudah dibuktikan oleh GSG-9 di dalam pertemuan Kementerian Dalam Negeri tahun 1979. Waktu itu seorang polisi komando istimewa Bayern, pernah menembak mati seorang anggota RAF, Elizabeth von Dyck, di Nurnberg.
Seorang anggota pria RAF lain, Rolf Heissler, tertangkap di Frankfurt dengan luka berat di kepalanya. Sementara dalam demonstrasi seperti sesungguhnya di barak Hangelar, para "teroris" tampak terbaring terikat di lantai. Tanpa ada tembusan peluru.
Mereka cukup menggunakan lampu kilat untuk mengejutkan dan pukulan karate untuk melucuti senjata.
Menyerbu dengan stopwatch
"Kalau menyerbu ke suatu tempat, seperti rumah, bus, kereta api atau kapal terbang, kami selalu menggunakan stopwatch," kata komandan Dee. "Dalam waktu empat sampai lima detik, semua harus sudah beres. Efek memberikan keterkejutan dan kecepatan merupakan kunci keberhasilan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR