Masih Lebih Beruntung

K. Tatik Wardayati

Editor

Masih Lebih Beruntung
Masih Lebih Beruntung

Intisari-Online.com – Ketika Untung masih kelas tiga SD, dia tertabrak sepeda di depan rumahnya. Kaki, tangan, dan kepala Untung luka. Hidung Untung mengeluarkan darah. Untung menangis. Rupayanya yang menabrak Untung itu ingin menunjukkan tanggung jawabnya. Dia menolong Untung bangun, mengusap darah dari wajah Untung dan membawa Untung ke tepi jalan.

“Terima kasih, Mas!” kata Untung kepada si penabrak.

Untung berterima kasih bukan karena telah ditabrak sepeda sehingga luka-luka, tetapi karena pertolongan si penabrak itu.

Setelah si penabrak pergi dari tempat kejadian, Untung ditanya oleh teman-temannya yang melihat peristiwa itu. “Kamu itu gimana sih? Ditabrak sepeda kok malah berterima kasih?”

Untung hanya terbengong-bengong mendengar komentar teman-temannya itu.

Segala peristiwa kalau dilihat dari sisi baiknya, sebetulnya akan selalu membuat hati kita penuh syukur dan terima kasih. Untung berterima kasih tentu saja bukan karena ditabrak sepeda. Untung berterima kasih karena si penabrak itu telah mau menolongnya. Kebanyakan orang Jawa selalu bilang, “Untung cuma lecet, nggak patah tulang!” Kalaupun patah tulang, mereka akan bilang, “ Untung cuma patah tulang, tidak putus sama sekali!” Seandainya kakinya sungguh-sungguh putus, mereka akan bilang, “Untung cuma putus kaki, tidak remuk kepalanya dan mati!” Kalaupun mati seketika ketika mengalami kecelakaan, seandainya masih bisa omong, mungkin mereka akan bilang, “Untung langsung mati, sehingga tidak merasakan ada sakit yang luar biasa!” (Hidup Itu Lucu dan Indah)