Intisari-Online.com – Saat kuliah, Stacy bekerja di salah satu kafetaria kampus untuk membantu uang kuliahnya. Hazel telah bekerja di kafetaria itu selama hampir 20 tahun dan mengajak Stacy berkeliling sekitar kafetaria.
Sejak awal, Stacy tahu kalau mereka berdua akan sulit berhubungan. Hazel selalu bermuka masam. Tak satu pun yang dilakukan Stacy benar.
“Tidak, tidak, tidak, Kau harus melakukannya dengan cara ini!” bentak Hazel setiap kali Stacy menumpuk nampan atau membuat kopi dalam teko kopi.
Setelah seminggu bekerja dengan Hazel, Stacy merasa sudah waktunya berhenti. Namun, ia teringat yang pernah dikatakan pendetanya, tentang mengasihi orang-orang yang marah kepadamu, dan bukan menghakimi mereka.
Ketika Stacy kembali bekerja keesokan harinya, ia mengabaikan perilaku Hazel. Sebaliknya, ia menyambut Hazel dengan sopan dan bertanya bagaimana yang ia lakukan. Dia meminta saran kepada Hazel bagaimana cara terbaik menyelesaikan tugas-tugasnya. Ketika ia tahu Hazel sedang berulang tahun, ia membelikan Hazel buket kecil bunga.
Setelah beberapa saat, Hazel mulai bercerita tentang hidupnya. Ia baru saja menjanda dengan seorang anak remaja. Anaknya mulai bertingkah di luar kebiasaan hingga membuatnya sedih dan akhirnya bermasalah dengan hukum. Hazel juga bertanggung merawat ibunya yang sudah tua. Itu adalah masa sulit baginya.
Sejak itu, Stacy dan Hazel berteman baik.
“Saya pikir Anda tidak datang hari ini,” kata Stacy saat Hazel muncul terlambat saat pergantian shift.
“Saya hanya ingin mengucapkan selamat tinggal,” kata Hazel. “Saya menerima pekerjaan lain dengan pembayaran sedikit lebih tinggi. Kamu pasti tahu kalau saya memerlukannya.”
Ia memeluk Stacy cepat dan berjalan pergi sebelum Stacy mengucapkan salam perpisahan.
Stacy tidak pernah bertemu lagi dengan Hazel setelah hari itu. Ia tidak mengetahui lagi kabar Hazel apakah sudah semakin membaik. Ia ingat, bagaimana, pada awalnya, mereka sepertinya ditakdirkan tidak akan berteman lama. Ia hanya berharap Hazel bahagia dan setidaknya memiliki satu teman baik, di mana pun ia berada. Teman adalah salah satu yang kita butuhkan. (*)