Intisari-Online.com - Suatu ketika, semua perasaan dan emosi pergi ke sebuah pulau untuk berlibur. Semuanya bersenang-senang. Tiba-tiba, sebuah peringatan akan datangnya badai dikumandangkan ke segenap penjuru pulau dan semua yang ada di pulau untuk segera dievakuasi.
Peringatan itu membuat semua yang ada di pulau panik. Semua menghambur ke kapal. Bahkan kapal yang rusak pun segera diperbaiki untuk digunakan evakuasi.
Berhubung banyak hal yang harus dilakukan, Cinta tak segera berkemas. Namun, ketika awan mulai menggelap, Cinta memutuskan untuk segera pergi. Sayangnya, tak ada lagi kapal yang bisa dinaiki Cinta. Ia melihat berkeliling tanpa harapan.
Tak seberapa lama, Kemakmuran lewat menggunakan kapal mewahnya. Cinta berteriak, "Kemakmuran, maukah kamu memberi saya tumpangan?"
"Tidak. Kapalku sudah penuh dengan barang-barang milikku, emas, dan perak. Tak ada tempat untukmu."
Sekejap kemudian, Kesombongan berlalu dengan kapalnya yang cantik. Sekali lagi Cinta berteriak, "Sudikah kamu membantuku Kesombongan? Saya terdampar di sini dan butuh pertolongan. Tolong, bawalah saya."
Kesombongan menjawab dengan congkaknya. "Tidak! Saya tidak bisa membawamu. Kapalku akan kotor oleh kakimu yang berlumpur."
Kesedihan berlalu setelahnya. Sekali lagi Cinta minta bantuan. Namun tak ada guna. "Tidak, saya tidak bisa membawamu bersamaku. Saya begitu sedih. Saya ingin pergi sendiri."
Ketika Kebahagiaan lewat beberapa menit kemudian, Cinta mengulang permintaan yang sama. Akan tetapi Kebahagiaan begitu bungahnya sehingga tidak melihat sekeliling, susah untuk memikirkan nasib orang lain.
Cinta pun mulai gelisah dan patah hati. Tiba-tiba sebuah suara memanggilnya. "Kemarilah Cinta! Aku akan membawamu." Cinta tidak tahu siapa yang memanggilnya, namun ia segera melompat ke kapal dan akhirnya memperoleh tumpangan.
Di kapal itu Cinta bertemu dengan Pengetahuan. Ia langsung bertanya, "Pengetahuan, engkaukah yang menyelamatkanku ketika tak ada seorang pun yang mau menolongku?
Pengetahuan tersenyum. "Oh, itu sang Waktu."
"Mengapa Waktu mau berhenti untuk menyelamatkanku?" Cinta masih kebingungan.
Pengetahuan tersenyum lagi dan menjawab, "Sebab hanya Waktu yang tahu kebesaran yang sejati dan kemampuan darimu Cinta. Hanya Cinta yang bisa membawa damai dan kebahagiaan abadi di dunia ini."
Pesan yang ingin disampaikan adalah ketika makmur, kita mengabaikan cinta. Ketika merasa penting, kita melupakan cinta. Bahkan ketika dalam keadaan senang dan susah, kita lupa cinta. Hanya dengan waktu kita menyadari betapa pentingnya cinta. Mengapa harus menunggu lama? Mengapa tidak menjadikan cinta sebagai bagian dari kehidupan kita hari ini? (*)