Intisari-Online.com – Apakah artinya mencintai Tuhan? Orang tidak mencintaiNya seperti mencintai manusia yang dapat dilihat, didengar, dan disentuh. Sebab, Tuhan bukanlah seorang pribadi - sebagaimana kita mengerti arti kata ini. Ia adalah 'Yang, Tak Dikenal'. Ia adalah ,Yang-Samasekali-Lain.' Ia mengatasi semua peristilahan seperti kepriaan dan kewanitaan, pribadi maupun benda mati.
Kalau kita berkata, para pengunjung memenuhi ruangan atau suara penyanyi memenuhi ruangan, kita menggunakan kata yang sama untuk dua kenyataan yang samasekali berbeda. Kalau kita berkata bahwa kita mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan mencintai sahabat dengan sepenuh hati, kita juga menggunakan kata yang sama untuk mengungkapkan dua kenyataan yang sama sekali berbeda. Sebab, suara penyanyi tidak sungguh-sungguh memenuhi ruangan. Juga kita tidak dapat sungguh-sungguh mencintai Tuhan dalam arti kata yang biasa.
Mencintai Tuhan dengan seluruh hati berarti dengan seluruh hati mengucapkan kata 'ya' kepada kehidupan dan segala peristiwa yang terjadi di dalamnya. Menerima tanpa syarat segala sesuatu yang direncanakan Tuhan dalam hidup ini. Mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, dapat berarti mengamini kata-kata mutiara Dag Hammersjold: "Terimakasih untuk semua yang telah berlalu. Terjadilah segala yang akan terjadi - ya, aku terima."
Hal-hal semacam ini hanya dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Di sini Ia tidak mempunyai saingan. Mengerti bahwa inilah artinya mencintai Tuhan, berarti juga sekaligus mengerti hal lain yang sangat penting, yakni bahwa mencintai Tuhan tidak sama dengan mencintai sahabatmu dengan sepenuh hati, hangat, dan mesra.
Suara penyanyi memenuhi ruangan. Suara itu tetap menguasai ruangan tersebut, betapa pun ruangan itu penuh orang. Kehadiran orang banyak tidak mengubah sesuatu pun. Yang akan mengubah situasi itu hanyalah suara lain yang menyaingi, yang mau menenggelamkan suara semula. Tuhan tetap menguasai hatimu, biarpun banyak orang telah memenuhinya. Kehadiran orang-orang itu tidak merupakan bahaya bagi cintaNya. Bahaya hanya dapat muncul dari usaha sebagian orang untuk menjauhkan engkau dari kata 'ya' yang kau ucapkan sepenuh hati terhadap semua yang direncanakan Tuhan bagi hidupmu. (Burung Berkicau)