Intisari-Online.com – Beberapa waktu lalu, seorang pria menghukum putrinya karena membuang gulungan kertas pembungkus emas. Uang sangat ketat dan ia marah ketika anak itu mencoba menghias kotak untuk diletakkan di bawah pohon Natal.
Meskipun demikian, gadis kecil itu membawa hadiah untuk ayahnya keesokan harinya dan berkata, “Ini untuk ayah.” Ia malu dengan reaksi berlebihan sebelumnya, namun rupanya kemarahan justru berkobar dari sang ayah ketika ia menemukan kotak itu kosong.
Sang ayah berteriak pada putrinya, “Tidak tahukah kamu kalau memberikan seseorang hadiah, harusnya ada sesuatu di dalamnya?”
Gadis kecil itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan berkata, “Oh, Ayah, kotak itu tidak kosong. Aku selalu meniupkan ciumanku ke dalam kotak. Semua itu untuk Ayah.”
Hati sang ayah hancur. Ia memeluk gadis kecilnya, dan ia memohon maaf padanya. Ini diibaratkan orang itu menaruh kotak emas di bawah tempat tidurnya selama bertahun-tahun dan setiap kali ia putus asa, ia akan mengambil sebuah ciuman imajiner dan mengingat kasih anak yang telah menaruhnya di sana.
Dalam arti yang sangat nyata, masing-masing dari kita sebagai manusia telah diberi sebuah wadah emas yang penuh dengan cinta tanpa syarat dan ciuman dari anak-anak kita, teman-teman, keluarga, dan Tuhan. (*)