Boneka dan Mawar Putih

K. Tatik Wardayati

Penulis

Boneka dan Mawar Putih
Boneka dan Mawar Putih

Intisari-Online.com – Sarah sedang berjalan-jalan di sebuah toko ketika ia melihat tangan kasir mengembalikan uang seorang anak kecil. Anak itu mungkin berumur tidak lebih dari 5 atau 6 tahun. Kasir berkata, “Maaf, tetapi uangmu tidak cukup untuk membeli boneka ini.”

Kemudian anak kecil itu mendekati seorang wanita tua di dekatnya, “Nenek, kau yakin aku tidak punya cukup uang?” Wanita tua itu menjawab, “Kau tahu bahwa kau tidak punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sayang.” Lalu ia memintanya untuk diam di tempat itu 5 menit sementara ia akan keluar sebentar. Wanita tua itu pun pergi dengan cepat.

Anak kecil itu masih memegang boneka di tangannya. Akhirnya, Sarah berjalan ke arahnya dan bertanya kepada anak kecil itu ingin diberikan kepada siapa boneka ini. Rupanya, boneka ini sangat disayangi adik perempuannya dan ia sangat menginginkannya pada hari Natal. Ia yakin Santa Claus akan membawakan kepadanya. Sarah menjawab, mungkin Santa Claus akan membawakan boneka itu ke adiknya. Tapi anak kecil itu menjawab dengan sedih, “Tidak, Santa Claus tidak bisa membawanya sekarang. Aku harus memberikan boneka ini ke mama barulah ia yang akan memberikan kepada adiknya.”

Matanya begitu sedih saat ia mengatakan ini, “Adik saya telah pergi bersama Tuhan. Papa bilang, mama juga akan melihat Tuhan segera, jadi saya pikir mama bisa membawa boneka itu bersamanya untuk diberikannya kepada adikku.” Jantung Sarah hampir berhenti. Anak kecil itu menatap Sarah dan berkata, “Saya bilang ke Ayah untuk memberitahu Ibu agar tidak pergi dulu. Aku butuh dia untuk menungguku sampai aku kembali dari mal.” Lalu ia menunjukkan foto yang sangat bagus saat ia tertawa.

Lalu ia mengatakan kepada Sarah, “Saya ingin Ibu mengambil gambar saya dengan dia sehingga ia tidak melupakan saya. Aku mencintai mama dan aku berharap ia tidak harus meninggalkanku, tapi Ayah mengatakan bahwa mama harus pergi untuk menjaga adikku.” Kemudian ia melihat boneka itu lagi dengan mata sedih.

Sarah cepat-cepat mengambil dompet dan berkata kepada anak itu, “Yuk, kita periksa lagi uangmu, siapa tahu uangmu cukup untuk membeli boneka.”

“Ok,” katanya. “Saya harap saya punya cukup uang.”

Sarah menambahkan beberapa uangnya tanpa setahu anak kecil itu dan mereka mulai menghitungnya. Ternyata ada cukup uang dan malahan bersisa. Anak kecil itu berkata, “Terima kasih Tuhan karena Engkau memberiku cukup uang!”

Ia menatap Sarah dan mengatakan, “Sebelum tidur aku berdoa kepada Tuhan agar aku punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sehingga Ibu bisa memberikannya pada adikku. Dan Tuhan mendengarkan doa saya.

“Saya juga punya cukup uang untuk membeli mawar putih untuk mama. Dan Tuhan benar-benar memberikan saya cukup uang untuk membeli mawar putih dan boneka ini. Mama menyukai mawar putih.”

Beberapa menit kemudian wanita tua itu kembali. Sarah bergegas pergi dengan belanjaannya. Ia tidak bisa menghapus bayangan anak laki-laki tadi. Tiba-tiba ia teringat berita lokal dua hari lalu, yang menyebutkan seorang pemabuk mengendarai truk menabrak sebuah mobil yang berisi seorang wanita muda dan seorang gadis kecil. Gadis kecil itu meninggal seketika, sementara ibunya koma. Keluarga harus memutuskan apakah harus mengakhiri hidup wanita muda itu, karena ia tidak akan pulih dari koma. Apakah ini keluarga dari si anak kecil itu? Dua hari setelah pertemuan Sarah dengan anak kecil itu, ia membaca di surat kabar bahwa wanita muda itu meninggal dunia.

Sarah pun membeli seikat mawar putih dan tidak dapat menahan keinginannya untuk pergi ke rumah duka. Ia melihat, di dalam peti matinya, wanita muda itu memegang mawar putih yang indah di tangannya dengan foto anak kecil dan boneka itu ditempatkan di atas dadanya.

Ah, sulit membayangkan, cinta anak kecil itu untuk ibu dan adiknya masih ada hingga saat itu. Dalam sepersekian detik, seorang supir mabuk telah mengambil semua ini darinya.

Nilai seseorang adalah pada apa yang dia mampu berikan, bukan pada apa yang mampu mereka terima. (*)