Saatnya Berkata 'Cukup!'

Agus Surono

Penulis

Saatnya Berkata 'Cukup!'
Saatnya Berkata 'Cukup!'

Intisari-Online.com - Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Kucuran itu baru bisa berhenti jika si petani mengucapkan kata "Cukup!".

Seketika petani itu terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung kepingan emas itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ember-ember itu ke gubug mungilnya untuk disimpan.

Namun ia masih melihat ada karung kosong di gubugnya. Juga beberapa tempayan yang kosong. Maka, dibawanya semua wadah itu dan diisi dengan kepingan emas yang terus mengucur. Rumahnya pun penuh dengan emas. Namun sifat tamak petani enggan pergi. Akhirnya ia membuat lubang besar untuk menampung emas itu. Belum cukup juga sampai akhirnya ia membiarkan mata air itu mengeluarkan kepingan emas terus menerus sampai akhirnya menimbun si petani.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup? Sering kita mendengar orang mengeluh gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orangtuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata "cukup"?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti Kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandek, dan berpuas diri. Mengucapkan kata "cukup" membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.

Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. (BMSPS)