Intisari-Online.com - Di atas puncak bukit yang tertinggi, Sri Kresna berdiri termangu-mangu. Ia sangat terharu menyaksikan negerinya diamuk badai dan ditenggelamkan ke dasar samudra. Ia tundukkan kepala dan untuk beberapa saat mengheningkan cipta dengan amat khusuknya.
Sesudahnya, tanpa berkata sepatah kata pun ia membelakangi pemandangan itu dan melangkahkan kaki seraya memberi isyarat kepada Sadewa untuk mengikutinya.
Maka, bertanyalah Sadewa saat itu. "Pukulun (Gusti - Red.), hendak kemanakah gerangan tuan?"
"Oh adikku Sadewa. Hidup ini adalah perjalanan dan pendakian. Apakah yang akan dilakukan oleh seseorang yang sudah jauh berjalan dan tinggi mendaki sampai di puncaknya pendakian?"
Sadewa tanggap lalu menjawab, "Duh pukulun Sri Batara Kresna, karena orang harus terus berjalan sebagaimana hidup ini mengharuskan, maka barang siapa sudah berada di puncak pendakian, maka untuk meneruskan perjalanannya hanya ada satu jalan pilihan saja baginya, yaitu melangkah turun."
Cerita di atas adalah cerita yang dikisahkan Bambang Sokawati Dewantara dalam buku Ki Hajar Dewantara Ayahku, berkenaan dengan perjalanan karier politik Ki Hajar ketika keluar dari Parlemen.
Menanggapi kisah itu dan juga perjalanan karier politiknya, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa di dunia ini, setiap benda yang berada di atas pasti akan turun. "Dan bagi manusia, perjalanan turun kadang kala sama beratnya dengan jalan pendakian."