Orang-orang yang melihatnya dengan mata kepala sendiri pada "tribunal" itu baru berani membuka mulut. Mereka takut membicarakan hal itu, karena nanti impian buruk masa kecil akan terkuak kembali.
Baca juga: Ketika Perayaan Ulang Tahun Adolf Hitler yang ke-129 Diwarnai Aksi Bakar-bakaran oleh Massa Neo Nazi
Korban lain yang menceritakan pengalamannya di Auschwitz ialah Kalman Bar-On. Ia berusia empat belas tahun, ketika ia dan saudara kembarnya, Yehudit, bertemu dengan Mengele.
"la terscnyum penuh cinta kasih pada seorang anak kecil Cekoslowakia yang bernama Pepe. Anak itu diajaknya bermain sebelum diiris-iris untuk suatu eksperimen medis. Kemudian ia pulang untuk makan, seakan-akan tidak terjadi apa-apa."
Vera Kriegel berusia lima tahun, ketika tahun 1943 masuk Auschwitz bersama saudara kembarnya, Olga. Bersama ibunya anak kembar itu dimasukkan ke kandang yang demikian kecil, sehingga tidak ada yang bisa berdiri tegak.
Mereka hanya mendapat makanan sedikit dan setiap hari diinjeksi. Sepuluh hari mereka dibiarkan di situ untuk diamati.
Kemudian dokter kamp tersebut melakukan percobaan obat tetes mata pada scorang gadis yang discbut "Zigeuner (gipsy) kecil". "Suatu hari saya harus masuk ke dalam ruang khusus di poliklinik untuk mendapat obat tetes mata lagi. Ketika saya menatap dinding ruangan, saya melihat mata-mata manusia, segala warna, yang memandang.'Semua ditusuk jarum seperti kupu-kupu. Darah saya hampir beku," katanya.
Baca juga: Ketika Puluhan Orang Pasukan Komando Nazi Sukses Taklukan Lebih dari 1000 Orang Pasukan Belgia
Vera Alexander merupakan kekecualian di Auschwitz. Biarpun ia gadis Yahudi, ia dicampur dengan kelompok gipsy yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok Yahudi. Sebagai tanda terima kasih, Mengele disambut dengan lagu-lagu biola, kalau ia berkunjung ke situ.
Namun apa yang tidak mereka ketahui ialah bahwa justru kesehatan yang relatif lebih baik itu membuat mereka lebih cocok untuk dijadikan kelinci percobaan.
Menurut saksi Alexander, "Ada anak kembar, Guido dan Nina, yang umurnya belum empat tahun. Mengele menjemput mereka dan mengcmbalikannya dalam keadaan mengerikan. Me reka dibuat kembar siam. Punggung mereka dijahit menjadi satu dan pembuluh darahnya disambung. Luka-lukanya kemudian benanah dan mereka menangis siang malam. Ibunya, yang kalau tidak salah bernama Stella, berhasil mendapatkan morfin untuk mengurangi penderitaan anak-anaknya sampai mati."
Lebih dari seribu pasangan anak kembar dipilih dokter tentara SS itu untuk percobaan-percobaannya di Auschwitz. Hanya dua ratus yang masih hidup ketika perang usai.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR