Intisari-Online.com – Seorang ayah mengajak anaknya yang masih remaja berjalan-jalan menikmati sejuknya pagi di suatu desa. Setelah setengah jam lamanya berjalan, mereka pun berhenti di sebuah bangunan dengan tembok-tembok yang sangat kokoh, untuk beristirahat.
“Ayah, mana jalan menuju tempat yang sangat indah, yang sering Ayah ceritakan?” tanya sang anak kepada ayahnya.
“Kamu jalan saja sedikit ke arah sana, terus belok ke kiri ya,” jawab ayahnya.
Kemudian anak itu berjalan sendiri menuju tempat yang ditunjukkan ayahnya. Namun tatkala si anak telah sampai di tempat yang disebutkan, ia hanya menemukan jalan buntu dengan sebuah tembok kokoh menghadang di hadapannya.
“Hah… jalan buntu!” keluh sang anak. “Barangkali aku salah mengerti maksud ayah,” katanya menghibur diri.
“Ayah… di mana jalan menuju tempat yang indah itu?” tanya si anak kembali kepada ayahnya.
Menjawab pertanyaan kembali dari anaknya, sang ayah tetap menunjuk ke arah yang sama tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Anak itu kembali berjalan ke arah yang ditunjukkan ayahnya, dan lagi-lagi tetaplah sama, yang ditemuinya adalah sebuah jalan buntu dengan tembok yang kokoh membentang menutupi jalan tersebut. Awalnya si anak berpikir ayahnya pasti sedang mengajaknya bergurau. Tetapi setelah beberapa kali, ia merasa ayahnya mempermainkannya. Perasaan kecewa, marah, putus asa pun melingkupi si anak.
Dengan berlari-larian ia kembali menuju tempat duduk ayahnya. Ia bertanya lagi dengan nada suara yang menunjukkan kekesalannya, “Ayah, aku sudah menuruti petunjuk ayah, tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan buntu dengan tembok yang menutupi dan menghadangku. Sekali lagi aku bertanya kepada ayah, di manakah tempat yang indah itu, Ayah?”
“Anakku sayang, di situlah jalan menuju tempat yang sangat indah itu. Hanya beberapa langkah saja di balik tembok itu, kamu akan menemukan taman bunga yang sangat indah sekali. Lihatlah.. di bawah sekeliling tembok itu, banyak batu-batu yang dapat kamu susun dan gunakan untuk melompati tembok itu. Dan percayalah anakku, di balik tembok itulah tempat taman bunga yang sangat indah, yang sering Ayah ceritakan kepadamu, karena Ayah sendiri pernah ke sana,” jawab ayahnya dengan lemah lembut dan penuh kasih.
Betapa sering kita gagal mencapai sebuah tujuan karena terus terfokus hanya melihat sebuah rintangan dan tidak berani mengatasinya. Masalah yang muncul di dalam kehidupan, kita anggap sebagai tembok yang sangat kokoh dan tidak mungkin kita atasi. Ditambah lagi kita kurang peka akan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita, yang dapat membantu kita melewati rintangan tersebut dengan menyusunnya satu demi satu. Bukan lantas kita berkecil hati, putus asa, kecewa, dan mundur maupun berbalik arah melihat suatu rintangan yang menghadang di dalam kehidupan kita.
Jika kita ingin menemukan “tempat yang indah”, yaitu sebuah kesuksesan di dalam kehidupan kita, maka berdirilah teguh dan maju terus untuk mengatasi segala rintangan yang menghadang di depan kita, tanpa pernah mengenal rasa takut dalam menghadapi masalah. (*)