Intisari-Online.com -Suatu hari, sebuah telur ulat menetas. Beberapa hari kemudian, ia telah menjadi seekor ulat dewasa. Si ulat akhirnya melihat dunia yang begitu luas dan indah. Ia kemudian merayap dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencari tahu tentang dunia tempat ia hidup.
Ketika berhenti pada sebuah pohon, ia terpana akan sebuah hewan yang sangat cantik sedang hinggap di dedaunan itu. Saking terpesonanya, ia menyapa hewan bersayap cantik itu.
“Hai, bolehkah aku tahu namamu? Aku sungguh kagum akan kecantikanmu. Andai aku juga punya sayap seperti itu,” katanya berharap.
“Kamu hanya perlu bersabar. Semua sudah diatur oleh Sang Pencipta.” Setelah berkata demikian si kupu-kupu kemudian pergi meninggalkan dahan tersebut.
Si ulat tak mengerti apa maksud perkataan Kupu-kupu itu. Ia semakin bingung. Dua puluh hari kemudian, ia merasakan gatal luar biasa pada sekujur tubuhnya. Ia pikir ia akan segera mati.
Tak lama, kulitnya mulai mengelupas dan berganti dengan kulit keras yang membungkus sekujur tubuhnya. Ia tidur selama enam belas hari dan hanya menempel di dahan tersebut.
Pada suatu pagi ia mendengar suara Kupu-kupu temannya itu, “Hai ulat, bangunlah!”
Ia kemudian bergerak menghampiri suara itu, namun tubuhnya terasa aneh. Ketika ia berusaha menggerakkan tubuhnya, ia mendengar suara kepakan sayap yang berasal dari tubuhnya sendiri.
Ulat itu menoleh ke kiri dan kanan dan mendapati bahwa ia memiliki sayap-sayap cantik yang ia inginkan dulu. Ia tersenyum dan kemudian sadar akan ucapan si Kupu-kupu waktu itu.
Terkadang, kita seperti si Ulat yang tak sabar dan menginginkan banyak hal baik terjadi saat ini juga di dalam hidup. Tuhan telah mengatur segala sesuatunya tepat dan indah pada waktunya. Ia tidak pernah terlalu cepat, maupun terlambat. Ia selalu datang di waktu yang tepat.