"Apa kamu mau bertanya juga kanapa istrimu nggak pernah dandan?"
"Knp istrimu nggak secantik wanita-wanita di luar sana?"
"Biar ibu kasih tau..."
"Jangan pernah kamu bandingkan kecantikan istrimu dgengan wanita muda di luar sana, karena istrimu sudah mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk mengabdi padamu."
"Jangan pernah bandingkan payudara istrimu dengan payudara wanita muda di luar sana yang masih kencang tegak menantang."
"Karena istrimu rela bentuk badannya berubah demi anak-anakmu mendapatkan ASI yg manfaatnya tidak bisa kau beli dengan uang sebanyak apa pun."
"Jangan pernah kamu bandingkan istrimu dengan wanita muda di luar sana yang terawat."
"Karena istrimu sudah menumpahkan segala waktunya untuk merawat anak-anakmu dan mengurus rumah tanggamu, jangankan ke salon, pakai lipstik saja boro-boro, harga lipstik mahal."
"Cukup untuk beli susu anak."
"Pas mau dandan anakmu menjerit karena jatuh dari atas meja, entah apa yang dilakukan anakmu di atas meja, semua di panjat nya, lemari, kulkas, dll."
"kamu pikir istrimu sempat bergaya dan bagaimana dengan kamu?"
"Apa kamu pernah berinisiatif menjaga anakmu sebentar agar istrimu bisa ke salon melakukan perawatan?"
"Atau apa kamu mau sekedar membantunya menjemurkan kain saat pinggangnya sudah serasa hampir patah habis nyuci segerobak?"
"Dan apa pernah kamu tanya dia sudah makan tau belum?"
"Dia capek perlu dipijit atau tidak?"
"Hanya dia yang bertanya seperti itu padamu, walaupun dia ingin sekali kamu tanya demikian."
Adam tertegun, terdiam sambil melihat kedua anak nya yang dalam waktu sebentar sudah berhasil membuat rumah nenek mereka menjadi lapangan bola.
Semua benda berjatuhan terkena tendangan bola, karena tidak ada yang mengawasi selama Ibu menasehati Adam.
Dia baru sadar bahwa jerih payah seorang istri tak bisa dibayar dengan apapun, perjuangan seorang istri tak tergantikan oleh apapun.
Tak ada yang mampu setegar dan sehebat seorg istri.
Air matanya hampir menetes jika teringat saat dia pulang kantor, dia membangunkan istrinya yang baru terlelap untuk membuatkan secangkir teh.
Walaupun mungkin istrinya lelah dan mengantuk, dia tetap bangun dengan ceria dan membuatkan teh untuk suaminya yang tidak tahu kelelahannya.
Adam ingin kembali ke rumah untuk meminta maaf kepada istrinya dan saat dia membuka pintu.
Dia melihat istri nya sudah ada di depan pintu dan langsung memeluknya.
Istrinya juga menangis...
"Maafkan aku sayang..." kata Adam sambil menangis. (Intisari-Online.com/Adrie P. Saputra)
Source | : | Facebook.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR