Intisari-Online.com –Tersebutlah sebuah kisah seorang pria yang pada suatu ketika ditinggal mati oleh istrinya. Ia kini hanya hidup bersama anak laki-lakinya dan juga seorang ibunya yang sudah tua.
Pria tersebut merasa sangat sedih. Sebagai pelarian akan kesedihannya, ia bekerja dengan sedemikian kerasnya. Setiap hari ia bekerja pagi-pagi sekali hingga larut malam.
Beberapa kali ibunya menyatakan kerinduannya untuk pulang kampung, menikmati udara pedesaan bersama anak dan cucunya tersebut. Tetapi, beberapa kali juga pria itu menolaknya dengan alasan sibuk bekerja.
Demikian pula ia pun menolak saat anak semata wayangnya, berkali-kali memohon kepada sang ayah agar meluangkan waktu baginya untuk mengerjakan PR atau sekadar jalan-jalan di sore hari.
Suatu hari, terjadilah kebakaran hebat yang melanda perumahan tempat tinggal pria tersebut bersama ibu dan anaknya. Naas tak dapat ditolak, ibu dan anak semata wayangnya ternyata menjadi korban kebakaran tersebut. Mereka berdua mati terpanggang dan tertimbun reruntuhan rumahnya.
Pria itu sangat menyesal karena belum bisa memenuhi permintaan ibu maupun anaknya. Berapa pun banyak uang yang dimilikinya sebagai hasil kerja kerasnya selama ini tidak berarti apa-apa bagi dirinya, karena orang-orang yang dikasihinya sudah tiada.
Mari kita gunakan waktu yang masih ada pada kita dengan sebaik-baiknya, perhatikan bagimana kita hidup. Lakukan apa yang bisa dilakukan hari ini untuk orang-orang yang kita cintai, jangan menunda-nunda hingga kita tidak mempunyai waktu lagi. (*)