Intisari-Online.com – Kisah ini diceritakan oleh Stefan, yang beberapa waktu lalu sempat mengunjungi India.--
Beberapa hari yang lalu saya mendarat di Bandara Bombay, India, lalu memanggil taksi untuk mengantarkan ke tempat tujuan saya yaitu di Bombay Selatan. Saya sedang menikmati lalu lintas yang ramai dengan orang-orang yang bergegas dalam setiap kemungkinan arah. Saya benar-benar seperti terdampar di persimpangan yang sangat sibuk.
Saat menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah, mata saya tertumbuk dengan pemandangan seorang anak muda miskin, kira-kira usianya sekitar 12 tahun. Ia membersihkan sepotong roti dari sakunya dan menggigitnya.
Saat ia hendak meneruskan gigitan yang berikutnya, seekor anjing liar mengibaskan ekornya menatapnya. Tanpa ragu-ragu, ia berjongkok dan meletakkan roti itu di jalanan untuk dimakan anjing itu.
Anjing itu mengendus roti dan berjalan pergi. Anak muda itu menunggu sampai ia yakin anjing itu tidak akan kembali. Lalu ia mengambil roti itu dan memakannya.
Hati saya menangis melihatnya dan rasanya ingin keluar dari taksi ini untuk berjalan ke arah anak itu, tapi tiba-tiba lampu lalu lintas berubah warna hijau. Ahh…
Saya terus memikirkan anak itu dan selama makan malam saya menyadari bahwa saya terus memikirkannya mengapa saya tidak mendekati anak itu. Padahal, saya bisa saja menghentikan taksi dan keluar berjalan ke arahnya. Tapi saya tidak pernah melakukan hal itu.
Yang saya lakukan adalah “berpikir” dan anak kecil yang miskin itu hanya memiliki sepotong roti tanpa ragu-ragu berbagi dengan anjing, meskipun ia sendiri tampaknya sangat lapar.
Saya belajar satu pelajaran terbesar dalam hidup saya. Anak itu mengajari saya tanpa percakapan. Ia mengajarkan saya untuk berbagi cinta dan kebahagiaan. Hanya sedikit guru yang mengajarkan hal ini.
Mari teman-teman, kita buat dunia ini menjadi tempat yang indah untuk tinggal dengan berbagi cinta dan kebahagiaan.