Ini membuat mereka harus tahan berhadapan dengan makanan sepanjang waktu, tapi mereka juga dilarang untuk makan dan minum.
"Biasanya menjelang berbuka puasa, kami berkumpul di masjid. Kami sholat, lalu buka puasa bersama dan membaca Al-Quran sembari menunggu waktu Isya dan Tarawih. Kami juga sering tetap di masjid sampai waktu Subuh tiba," lanjut Sverrir.
Matahari tidak pernah benar-benar terbenam di negara ini.
"Aku telah tinggal di Islandia sejak tahun 1991 dan aku berasal dari Maroko. Menurutku, tantangan terbesar yang harus aku hadapi selama Ramadan di Islandia hanyalah lamanya menunggu matahari terbenam," kata Anbari Redouan, seorang pemilik restoran.
Menurut Anbari, dia tidak pernah merasa kelaparan meski setiap hari harus tetap memasak.
Cuaca dingin Islandia membuatnya tidak terlalu tersiksa rasa lapar, hanya saja dia jadi lebih mudah mengantuk dari biasanya.
Menu berbuka puasa di Islandia yang populer adalah teh remoah hangat dan sup rempah yang disebut dengan sup Harira.
Baca Juga: Di Balik Kode '86' yang Akrab Kita Dengar, Artinya Ternyata Sangat Berbeda Lho
Mereka akan menyantapnya bersama-sama keluarga, atau saat buka puasa di masjid.
Namun, kedua menu itu hanya sebagai menu pembuka.
Karena banyak warga muslim yang berasal dari Timur Tengah, roti dan nasi mandhi juga kerap jadi hidangan utama.
Source | : | arabnews.com |
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR