Intisari-Online.com – Ada satu keluarga kura-kura yang memutuskan untuk pergi bertamasya. Memang sudah dari sananya serba lambat, maka untuk mempersiapkan piknik ini saja mereka membutuhkan waktu 7 tahun. Akhirnya keluarga kura-kura ini meninggalkan hunian mereka, pergi mencari tempat yang cocok untuk kegiatan piknik mereka. Baru di tahun kedua mereka menemukan lokasi yang sesuai dan cocok.
Selama enam bulan mereka membersihkan tempat itu, membongkari semua keranjang-keranjang perbekalan piknik, membenahi tempat tersebut. Lalu mereka tersadar saat melihat bekal piknik, mereka lupa membawa garam. Waduh, piknik tanpa garam? Mereka serempak setuju dan berteriak itu bisa menjadi bencana luar biasa.
Setelah panjang lebar berdiskusi, kura-kura termuda pun dipilih untuk mengambil garam di rumah mereka. Meskipun ia termasuk kura tercepat dari semua kura-kura yang lambat, kura-kura kecil ini merengek, menangis, dan meronta-ronta dalam batoknya. Ia setuju pergi dengan satu syarat, kalau tidak satu pun boleh makan sampai ia kembali. Keluarga kura-kura itu pun setuju dan kura-kura kecil ini pun berangkatlah.
Tiga tahun lewat dan kura-kura kecil masih juga belum kembali. Lima tahun… enam tahun… Memasuki tahun ketujuh kepergian kura kecil, kura-kura tertua sudah tak tahan menahan laparnya. Ia pun mengumumkan bahwa ia begitu lapar dan akan mulai membuka bekalnya dan memakan rotinya.
Saat itulah, tiba-tiba muncullah si kura-kura kecil dari balik sebatang pohon dan berteriak, “Lihat tuh… benar ‘kan… Aku tahu kalian memang tak akan menunggu. Ah, kalau begini caranya aku tidak mau pergi mengambil garam.”
Terkadang sebagian dari kita memboroskan waktu sekadar cuma menunggu sampai orang lain memenuhi harapan kita. Sebaliknya, kita begitu khawatir, prihatin, sering-sering malahan terlalu mempedulikan apa yang dikerjakan orang lain hingga kita hanya berpangku tangan tanpa berbuat apapun. (BMSPS)