Intisari-Online.com – Ada dua benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya, “Lihat ini aku, kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak.” Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya.
Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Peraturannya, barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang.
Besi dan air pun mulai berlomba. Rintangan pertama mereka ialah harus melalui penjaga gua itu, yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, Ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu. Tetapi karena kerasnya bebatuan itu mulai “menyerang” dan besi pun banyak terluka di sana sini karena melawan bebatuan itu. Air melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak lainnya. Skor air dan besi 1 : 0 untuk rintangan ini. Rintangan kedua mereka ialah harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia berputar memang celah itu semakin hancur tetapi iapun juga semakin terluka. Air dengan santainya mengubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat di dasar gua. Skor air dan besi 2 : 0 Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua. Besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya ia berkata kepada air, “Skor kita 2 : 0, aku akan mengakui kehebatanmu jika engkau dapat melalui rintangan terakhir ini!” Airpun segera menggenang. Sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini, tetapi kemudian ia membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya ke seberang dan mengembunkannya. Maka air turun sebagai hujan. Air menang telak atas besi dengan score 3 : 0.
Air selalu berubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia fleksibel dan tidak kaku karena itu dapat diterima oleh lingkungannya dan tidak ada yang bertentangan dengannya. Air tidak putus asa, ia tetap mengalir meskipun melalui celah terkecil sekalipun. Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, ia masih dikaruniakan kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi uap.
Hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih, bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.