Intisari-Online.com – Seorang pria berumur 92 tahun masuk ke panti jompo hari ini. Diamemiliki selera tinggi, selalu percaya diri, bangga akan dirinya sendiri, selalu berpakaian rapi setiap harinya, serapi rambut putihnya yang selalu tertata meskipun dia buta.Istrinya yang berusia 70 tahun baru saja meninggal, dan mereka tidak pernah memiliki anak, sehingga dia harus masuk ke panti jompo. Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, dia tersenyum manis saat seorang petugas memberitahukan bahwa kamarnya telah siap. Ketika dia berjalan mengikuti petunjuk jalan ke elevator, petugas itu menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil. "Saya menyukainya!" katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah seekor anjing dari orang tuanya.
"Pak, Anda belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan Anda," kata si petugas. "Hal itu tidak ada hubungannya,” dia menjawab, "Kebahagiaan adalah sesuatu yang kita putuskan dari awal. Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotnya diatur, tetapi dari bagaimana aku mengatur pikiranku sendiri." "Aku sudah memutuskan untuk menyukai kamarku. Keputusan seperti itu jugalah yang kubuat setiap pagi setiap aku bangun dari tidurku. Untuk menyukai apapun yang Tuhan berikan padaku hari ini.
“Aku punya sebuah pilihan, aku bisa saja menghabiskan waktuku di tempat tidur hanya untuk menyesali kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhku yang tidak berfungsi, atau aku bisa turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian-bagian lain tubuhku yang masih bisa berfungsi." "Setiap hari adalah hadiah, meski aku tidak bisa melihat, tapi aku masih bisa memusatkan perhatianku pada hari yang baru, dan pada semua kenangan indah dan membahagiakan yang pernah kualami dan kusimpan."
"Hanya untuk kali ini dalam hidupku, umur yang sudah tua adalah seperti simpanan di bank, dan aku akan menikmati dari yang telah aku simpan selama ini." "Jadi nasehatku untukmu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita, dan berterima kasihlah pada orang-orang yang telah mengisi bank kenanganmu." Bahagia itu terletak pada aturan sederhana seperti ini: membebaskan hati dari rasa benci, membebaskan pikiran dari segala kekhawatiran, hidup dengan sederhana, memberi lebih banyak, dan jangan terlalu banyak berharap. (BMSPS)