Intisari-Online.com – Tidu adalah seorang anak yang mempunyai kemampuan khusus, ia bisa membuat dirinya menangis dalam waktu kurang dari satu detik. Jika ia tidak menyukai sesuatu, atau hal-hal yang sulit, atau seseorang membantahnya, Tidu tidak akan ragu untuk memasang wajah memelas dan mengatur air matanya mengalir di pipinya.Dengan cara ini ia berhasil mendapatkan hampir semua yang ia inginkan, karena mereka kasihan, tidak ada yang bisa menolak wajah kecilnya yang menangis.
Tapi satu hari, Tidu bertemu Pipo. Seorang pemuda, yangdemi bertahan hidup, rela mengerjakan apapun yang diminta orang-orang di jalan, selama ia bisa melakukannya. Pipo sangat miskin, ia tidak punya rumah dan tidak memiliki keluarga. Meski begitu, Pipo selalu memiliki senyum terbesar di wajahnya.
Tidu menghampiri Pipo, lalu ia memutuskan untuk membantunya untuk mendapatkan uang. Ia duduk di sebelah Pipo, melepas topinya, meletakkan wajahnya di tanah, dan mulai menangis dengan ekspresi paling menyedihkan.
Sukses sekali! Dalam beberapa menit, topi Tidu penuh dengan recehan dan permen. Tetapi ketika Tidu menawarkan semua ini kepada Pipo, Pipo menolak.
“Saya lebih suka dengan apa yang layak saya terima,” kata Pipo dengan senyumnya seperti biasa. “Jauh lebih menyenangkan saya mengupayakan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu. Kau tahu? Hari ini saya sudah mencuci anjing, saya telah mengumpulkan ratusan paku dengan magnet, merapikan lemari penuh dengan lukisan, menemani seorang wanita tua buta ke taman. Mungkin aku belum mendapatkan semua yang aku inginkan, tapi aku sudah melakukan hal yang menarik. Dan bagaimana denganmu? Apa yang telah kau lakukan?”
Tidu yang selalu memangis tidak menjawab, ia hanya berjalan pergi dengan sedih. Tidu sudah memiliki semua yang ia inginkan, tapi ia tidak melakukan apapun yang menarik sepanjang hari. Ia bahkan tidak menikmati dirinya sendiri, ia menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan menangis.
Malam itu, ketika kembali ke rumah, Tidu meminta kue lezat untuk makan malamnya. Ketika ibunya mengatakan tidak, Tidu mencoba menangis tapi ia ingat akan Pipo dan bagaimana menyenangkan dirinya. Ia melihat bayangannya sendiri di cermin, Tidu tidak bisa melakukannya. Sebaliknya, ia bertanya pada dirinya sendiri bagaimana bisa menggunakan situasi untuk melakukan sesuatu yang menarik.
Ia mencoba untuk mendapatkan kue dengan cara lain. Untuk menyenangkan dan mendapatkan kejutan dari orang tuanya, Tidu menghabiskan seluruh malam itu dengan membantu ibunya merapikan dan membersihkan dapur, menyiram tanaman, dan mengatur buku-buku perpustakaan.
Pada akhirnya, memang tidak ada kue. Tapi itu tidak begitu buruk, karena Tidu menemukan itu telah jauh lebih menyenangkan melakukan semua hal malam itu. Bukan hanya duduk menangis untuk mendapatkan sepotong kue itu, pada akhirnya, tidaklah sia-sia.
Begitulah, anak-anak yang menangis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, justru akan kehilangan banyak hal-hal besar.