Intisari-Online.com – Konon di tengah hutan, bunga mawar menertawakan pohon cemara dengan berkata, “Meskipun kau tumbuh begitu tegap, tetapi engkau tidak memiliki keharumah sehingga tidak dapat menarik kumbang dan lebah untuk mendekat.”
Pohon cemara diam saja. Demikianlah, hampir setiap hari, bunga mawar selalu menjelek-jelekkan pohon cemara, sehingga membuat pohon cemara tersingkir dan menyendiri di tengah hutan.
Ketika musim dingin tiba, dan turun salju dengan lebat, bunga mawar yang sombong sangat sulit mempertahankan kehidupannya. Demikian pula dengan pohon dan bunga-bunga lainnya. Hanya pohon cemara yang masih tegak berdiri di tengah badai dingin yang menerpa bumi.
Di tengah malam yang sunyi, salju berbincang-bincang dengan pohon cemara.
“Setiap tahun saya datang ke bumi ini, selalu melihat kemakmuran dan keramaian di bumi berubah wajah. Hanya gersang dan sunyi senyap yang menyelimuti bumi. Namun, kamulah satu-satunya yang dapat melewati ujian saya dan berdiri tegak hingga dapat menahan segala macam tekanan alam. Meski alam kehidupan dan manusia selalu mengalami perubahan.”
Sedih dan gembira selalu datang silih berganti, hanya dengan keteguhan jiwa dan pikiran, kebahagiaan dapat diraih. Caci maki dan fitnah tidak dapat menjatuhkan orang yang kuat. Kebodohan yang dilakukan oleh seseorang akhirnya akan mencelakakan dirinya sendiri.
Belajar dari sifat pohon cemara yang tegar menahan serangan, baik serangan berupa tindakan, ucapan, maupun pikiran, dan menjadikannya sesuatu yang sejuk, hangat, dan damai. (SD)