Intisari-Online.com – Ada seorang pria yang sangat kaya dan sangat kikir. Penduduk desa tidak menyukainya. Suatu hari pria itu berkata kepada penduduk desa, “Entah kalian iri padaku atau kalian tidak mengerti seberapa cintaku pada kekayaanku, hanya Tuhan yang tahu. Meski kalian tidak menyukaiku, asal kalian tahu saja, ketika aku mati, aku tidak akan membawa apapun hartaku. Aku akan meninggalkan semua itu untuk orang lain. Aku akan membuat surat wasiat, dan aku akan memberikan segalanya untuk amal. Maka semua orang akan senang."
Namun kemudian semua orang mencemooh dan menertawakannya. Orang kaya itu berkata kepada mereka, “Apa yang terjadi dengan kalian? Apa kalian tidak bisa menunggu beberapa tahun untuk melihat uangku digunakan untuk amal?”
Penduduk desa tidak percaya padanya. Pria itu berkata, “Apakah kau pikir aku abadi? Aku akan mati seperti orang lain, dan kemudian uangku akan digunakan untuk amal.” Ia tidak bisa mengerti mengapa penduduk desa tidak percaya padanya.
Hingga, suatu hari saat ia pergi berjalan-jalan, tiba-tiba hujan mulai turun dengan lebatnya. Ia berlindung di bawah pohon. Di bawah pohon ini ia melihat seekor babi dan sapi. Mereka terlibat dalam sebuah percakapan, dan pria itu mendengar apa yang mereka katakan.
Babi berkata kepada sapi, “Bagaimana mungkin orang lebih menghargaimu dan tak seorang pun menghargaiku? Ketika aku mati, aku memberikan orang dengan bacon, ham, dan sosis. Orang juga dapat menggunakan buluku. Aku memberikan tiga sampai empat hal, sedangkan Kau hanya memberikan satu hal, yaitu susu. Mengapa orang lebih menghargaimu sepanjang waktu dan bukan aku?”
Sapi itu berkata kepada babi, “Dengar, aku memberi mereka susu sementara aku masih hidup. Mereka melihat bahwa saya murah hati dengan apa yang saya miliki. Tapi Kau tidak memberi mereka apa-apa saat kau masih hidup. Hanya setelah kau mati kau berikan ham, bacon, dan sebagainya. Orang-orang tidak percaya di masa depan, mereka percaya pada saat ini. Jika kau memberikan sementara kau masih hidup, orang akan menghargaimu. Sederhana, bukan?”
Sejak saat itu, orang kaya itu memberikan semua yang dimilikinya kepada orang miskin.